Identifikasi Dan Intervensi Dini
Table of Contents
Anak yang Beresiko Berkesulitan Belajar
Istilah
anak beresiko berkesulitan belajar dikemukakan oleh Lerner (1982;227). Istilah
beresiko menunjukkan bahwa melakukan identifikasi anak berkesulitan belajar
pada masa pra sekolah merupakan pekerjaan sulit. Anak-anak belum mengalami
kegagalan tetapi memiliki potensi untuk mengalami kegagalan menyelesaikan tugas
sekolah.
Tiga alasan anak memiliki potensi
untuk gagal di sekolah :
- Hasil pemeriksaan medis
- Risiko biologis; dan
- Risiko lingkungan.
Pemeriksaan medis pada bayi dan kanak-kanak dapat diprediksi kemungkinan menjadi anak berkesulitan belajar.Prediksi ilmiah tidak selamanya tepat tetapi meningkatkan kewaspadaan orang tua untuk usaha yang lebih intensif untuk mencegah terjadinya penyimpangan pada anak di masa datang. Jika prediksi adanya penyimpangan tidak diharapkan terjadi atau tidak terjadi, orang tua menyediakan lingkungan yang sebaik-baiknya bagi anak.
Prediksi tentang kemungkinan timbulnya kesulitan belajar disekolah biasanya didasarkan atas hasil pemeriksaan terhadap perkembangan, penyakit atau sistuasi traumatic yang dialami oleh anak pada masa prasekolah. Peristiwa traumatic yang dapat digunakan sebagai landasan prediksi terjadinya kesulitan belajar adalah peristiwa yang dapat menimbulkan kerusakan pada otak, misalnya akibat kecelakaan.
Risiko biologis menunjukkan pada suatu kemungkinan yang didasarkan atas riwayat medis dan kesehatan yang dapat menimbulkan kesulitan belajar di sekolah. Memahami risiko semacam ini sebaiknya orang tua waspada dan menyediakan lingkungan yang sebaik-baiknya bagi pertumbuhan dan perkembangan anak.Meskipun demikian, seperti dikemukakan oleh Hornsby (1984; 41), Sembilan dari sepuluh anak diseleksia memiliki orang tua yang disleksia juga.
Risiko lingkungan dapat disebabkan oleh adanya kondisi sosial ekonomi atau pengetahuan orang tua yang rendah sehingga orang tua tidak memiliki kesempatan yang cukup untuk menyediakan lingkungan yang bergizi. Program pelayanan PLB bagi anak prasekolah yang berisiko berkesulitan belajar dapat diselenggarakan secara khusus dan dapat pula diselenggarakan terintegrasi dengan TK atau pusat-pusat pelayanan kesehatan anak. Program pelayanan dapat dibedakan menjadi dua macam, (1) untuk usia 0-3 tahun, dan (2) untuk usia 3-6 tahun. Kedua kelompok tersebut memerlukan metode asesmen dan intervensi yang berbeda-beda.
Hakikat Identifikasi dan Intervensi Dini
Identifikasi
dan intervensi dapat dibedakan tetapi keduanya saling terkait. Identifikasi
tanpa ditindak lanjuti dengan intervensi tidak ada gunanya, dan intervensi
tanpa didasarkan atas hasil identifikasi juga tidak ada gunanya dan bahkan
mungkin dapat menimbulkan malapetaka. Ada enam langkah yang sebaiknya diikuti
dalam melakukan identifikasi dan intervensi dini
- menjalin hubungan dan meningkatkan kesadaran masyarakat
- melaksanakan identifikasi
- menegakkan diagnosis
- merancang program intervensi
- melaksanakan intervensi, dan
- mengevaluasi program intervensi.
Menjalin Hubungan dan Meningkatkan Kesadaran Masyarakat
Meskipun identifikasi dini sangat
penting untuk mencegah terjadinya kesulitan belajar di sekolah, orang tua harus
diberi penjelasan bahwa identifikasi dapat keliru. Masyarakat dan guru harus
diberi penjelasan bahwa tujuan dan identifikasi adalah untuk memperoleh
informasi yang dapat digunakan sebagai landasan dalam menyusun program intervensi yang diharapkan dapat
dicegah dan menanggulangi kesulitan belajar di sekolah. Orang-orang penting
seperti Albert Einstein, Leonardo da Vinci, Thomas Alfa Edison, Jenderal Goerge
Patton, ialah beberapa orang individu yang pada masa kanak-kanak dan pada usia
sekolahnya tergolong kesulitan belajar (Hornsby, 1984; 10 – 12).
Ada beberapa masalah yang dapat
timbul karena identifikasi dini. Beberapa masalah tersebut adalah :
- Guru mungkin memberikan label negative kepada anak yang berdampak negative bagi perkembangan anak
- Orang tua dan guru mungkin merasa tidak memiliki harapan terhadap anak sehingga berdampak negarif terhadap upaya mereka membantu anak
- Anak yang diidentifikasi beresiko berkesulitan belajar belum tentu benar-benar bekesulitan belajar di sekolah sehingga masyarakat meragukan manfaat identifikasi dann intervensi dini.
- Keberhasilan anak beresiko berkesulitan belajar di sekolah belum tentu karena akibat identifikasi dan intervensi dini.
Akhirnya, masyarakat harus disadarkan bahwa melakukan identifikasi dan diagnosis kesulitan belajar pada anak usia prasekolah adalah pekerjaan sulit. Masyarakat juga perlu diajak menyadari masalah-masalah yang muncul dari penyelenggaraan identifikasi dan intervensi dini, dan dengan adanya kesadaran tersebut meakukan upaya untuk menanggulanginya.
Melaksanakan Identifikasi
Untuk menghindari pemberian negatif pada anak pemerintah mewajibkan tiap anak prasekolah menjalani pemeriksaan dengan biaya yang rendah dan waktu yang singkat. Bentuk penyelenggaraannya dapat terintegrasi penuh hingga integrasi sebagian.Menurut Lerner (1988: 242) ada lima bidang yang hendaknya diperiksa yaitu (1) ketajaman sensoris, (2) perkembangan motorik, (3) penguasaan konsep-konsep dasar, (4) keterampilan bahasa, (5) keterampilan sosial dan emosi.
Sesungguhnya yang perlu diperiksa bukan hanya ketajaman tetapi juga berfungsinya penglihatan dan pendengaran. Dalam tes motorik anak diminta menangkap, melomat, menumpuk balok, menggunting, menggambar bentuk-bentuk geometrik dan menulis huruf atau angka. Pemeriksaan tidak harus dengan tes firmal tetapi juga dapat menggunakan tes informal. Keterampilan bahasa mencakup reseptif dan ekspresif. Artikulasi dapat diperiksa dengan memiinta anak mengucapkan beberapa kata.
Observasi hendaknya didasarkan tahapan perkembangan usia sekolah, sehngga sifat ego sentris anak usia 3 tahun misalnya, harus dipandang sebagai perkembangan yang normal.
Menegakkan Diagnosis
Menegakkan diagnosis menunjuk
pada cara-cara komperhensif untuuk menentukan suatu kesulitan dan kemungkinan
penyebabnya. Diagnosis digunakan untuk menentukan apakah anak memerlukan
pelayanan PLB pada usia prasekolah atau tidak? Diagnosis hendaknya menentukan
beratnya masalah, kemungkinan penyebab, dan sistem pemberian intervensi yang
sesuai bagi anak.
Merancang Program Intervensi
Program intervensi harus
dirancang berdasarkan hasil diagnosis. Prinsip-prinsip yang mendassari
penyusunan PPI ( Program Pendidikan Individual ) seperti yang telah dikemukakan
bab 3 dapat digunakan sebagai acuan.
Melaksanakan Intervensi
Intervensi dini bagi anak usia
prasekolah dapat dilakukan oleh guru khusus bagi anak berkesulitan belajar atau
guru TK atau orang tua di bawah bimbingan ahli PLB bagi anak kesulitan belajar.
Tempat inervensi dapat di TK, pusat kesehatan anak, pusat identifikasi dan
intervensi dini atau di rumah.
Mengevaluasi Program
Pada
akhir kegiatan intervensi dilakukan evaluasi untuk menentukan keberhasilan
program dan kemajuan anak. Evaluasi dilakukan dengan membandingkan
keterampilananak sebelum dan sesudah mengikuti program intervensi. Evaluasi
hendaknya tidak hanya dilakukan pada akhir program, tetapi juga pada saat program dirancang dan
dilaksanakan.
Sistem Pelayanan Identifikasi dan Intervensi Dini
Ada empat pilihan
sistem pelayanan
- Di rumah
- Integrasi dengan TK
- Di pusat-pusat pelayanan identifkasi dini
- Digabungkan antara berbagai pilihan tersebut
a. Pelayanan di rumah
Jenis pelayanan ini menuntut
waktu, dedikasi dan motivasi orang tua. Tugas ahli PLB tersebut adalah melatih
orang tua dalam melakukan asesmen, merancang program ,melaksanakan program dan
melakukan evaluasi program intervensi.
Pelayanan intervensi di rumah
mungkinmenuntut kehadiran seorang ahli PLBsekali, hingga tiga kali dalam
seminggu. Ada dua keuntungan dari program pelayanan di rumah. Pertama sistem
memungkinan anak belajar dalam situasi alami. Kedua orang tua terlibat secara
penuh dalam proses belajar anak
b. Pelayanan terintegrasi dengan TK
Pelayanan jenis ini tentu saja
hanya sesuai untuk anak-anak berusia tiga hngga enam tahun, yaitu saat anak
masuk TK. Pelayanan jenis ini anak tetap dapat bermain dan belajar bersama anak
lain, dan hanya dalam waktu tertentu mereka dipisahkan untuk memperoleh
playanan intervensi dari guru PLB secara intensif.
c. Pelayanan Di pusat-pusat pelayanan identifkasi dini
Dalam kondisi ideal pusat identifikasi dan intervensi dini perlu memiliki suatu tim ahli yang mencakup dokter spesialis anak, psikolog anak, ahli PLB di bidang pendidikan anak, ahli bina wacara, ahli pendidikan jasmani adaftif ahli pisioterapi, ahli terapi okupasi, dan pekerja sosial.Pengembanngan kurikulum di pusat identifikasi dan intervensi dini adalah PLB di bidang pendidikan anak berkesulitan belaja. Program-program belajar seperti PPI (program pendidikan idividual) perlu dikembangkan dan semua anggota tim ahli serta orang tua harus terlibat dalam pengembangan progran semacam itu.
d. Pelayanan gabungan
Suatu pelayanan intervensi dini
yang fleksibel dapat dikembangkan dengan mengkombinasikan ketiga jenis
pelayanan yang lain. Karena sifatnya yang fleksibel dari bentuk pelayanan
gabugan ini maka intervensi dini dapat dirncang untuk mempertemukan khas dari
tiap anak.
Berbagai Model Intervensi Dini
Menurut Learner (1998 : 240) ada
empat model program intervensi dini. 1.
Program pengayaaan. 2. Program pengajaran langsung. 3. Program yang menekankan
pada kognitif. 4. Program kombinasi.
Dasar pemikiran dari prgoram
pengayaan adalah bahwa di bawah kondisi lingkungan yang menyenangkan dan
terbuka, dorongan dari dalam diri ank sendiri dan kebutuhan untuk belajar akan
secara alami muncul dan akan berkembang.
Peranan guru dalam program
pengajaran langsung adalah merancang dan menstrukturkan pengalama belajar
secara hati-hati untuk membangun keterampilan praakademik dan akademik. Suatu
hal yang harus dipahami dari teori Piaget adalah bahwa anak menggunakan cara
berfikir yang berbeda dari orang dewasa.
Banyak strategi intervensi dan pengajaran yang
sesungguhnya telah dibahsa pada bab-bab sebelumnya. Berikut ini dikemukakan berbagai aktvitas intervensi dini
yang rinciannya dapat dibaca pada bab VIII dan IX.
Belajar
keterampilan menolong diri sendiri dapat meningkatkan konsep diri yang positif
dan mengembangkan kemadirian.
b. Aktivitas
Motorik Kasar
Untuk mengembangkan
motorik kasar dapat dilkukan melaui
berbagai aktivitas seperti berjalan, berguling, memanjat, melompat, melempar
dan lari.
c. Aktifitas
Motorik Halus
Untuk
mengembangkan motorik halus mencakup
bermain puzzles, permainan yang menggunakan jari, memotong, menggunting,
menggambar, memasukkan kancing, dan lainnya.
Aktivitas
Komunikasi
Berbagai
aktivitas untuk menignkatkan kemampuan berkomunkasi mencakup memahamai bahasa
yang disampaikan oleh orang lain,
bereaksi terhadap berbagai instruksi, memulai komunikai, menjelaskan dan
menjaga percakapan.
Berbagai aktifitas untuk membantu anak mengembangkan kemampuan diskriminasi visual. Ingatan visual, integrasi visual motor dann koordinasi mata tangan mencakup mengenal perbedaan dan persamaan gambar-gambar, memngenal bentuk hurup dan angka.
f. Aktivitas Auditori
Berbagai aktivits untuk membntu anak berlatih mengidentifakasi berbagai bunyi, diskriminasi bebagai bunyi, dan ingatan auditoris mencakup permainan kata, permainan ritme, dan permainan mengingat kata.
g. Aktivitas Kognitif
Berbagai aktifias untuk membantu anak mengembangkan keteramapilanberfikir, mempelajari berbagai hubungan dan perbedaan, klasifikasi, mebandingkan, mempertentangkan berbagai ide, dan memecahkan masalah mencakup banyak aktivitas permainan yag telah banyak dibahas pada BAB IX
h. Berbahgai aktifitas untuk membantu anak untuk mengembangkan keterampilan sosial mencakup menjalin hubungan dengan orang lain, hubungan dengan anak lain, dan hubungan dengan guru melalui belajar bermain kognitif.
Ada 3 alasan untuk menyatakan seorang anak berisiko berkesulitan belajar, (1) hasil pemeriksaan medis, (2) risiko biologis, dan (3) risiko lingkungan.
Ada 6 langkah yang sebaiknya diikuti dalam melaksanakan identifikasi dan intervensi dini. (1) menjalin hubungan dan meningkatkan kesadaran masyarakat, (2) melaksanakan identifikasi, (3) menegakkan diagnosis, (4) merencanakan program intervensi. (5) melaksanakan intervensi, dan (6) mengevaluasi program intervensi
Ada empat pilihan sistem pelayanan intervensi dini, (1) dirumah, (2) terintegrasi dengan TK, (3) di pusat pelayanan identifikasi dan intervensi dini, dan (4) kombinasi dari berbagai jenis pilihan.
Ada empat macam model program intervensi dini, (1) program pengayaan. (2) program pengajaran pengajaran langsung, (3) program yang menekankan pada kognitif, dan (4) program kombinasi. Isi program hendaknya mencakup aktifitas (1) keterampilan menolong diri sendiri dan konsep diri. (2) motorik kasar. (3) motorik halus , (4) komunikasi, (5) visual, (6) auditoris, (7) kognitif, dan (8) sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Bagaskarowati, Riana, 2007. Anak Beresiko: Identifikasi Asesmen dan Intervensi Dini: Departemen
Pendidikan Nasional , Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat
Ketenagaan, Jakarta.
Abdurrahman, M. (2003). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
Terima Kasih atas kunjungan anda,
jangan lupa tinggalkan jejak dengan memberikan komentar atas postingan ini...
Post a Comment