Pengembangan Media Pembelajaran Tematik
Table of Contents
2.1 Karakteristik Media dan Sumber Pembelajaran Tematik
Strategi penyampaian mengacu kepada cara-cara yang dipakai untuk menyampaikan pembelajaran kepada peserta didik, dan sekaligus untuk menerima serta merespon masukan-masukan dari peserta didik. Oleh karena itu, media merupakan komponen strategi yang mengacu kepada kegiatan apa yang dilakukan oleh si pelajar dan bagaimana peranan media dalam merangsang kegiatan belajar itu. Sebagaimana dikemukakan oleh Degeng (1993: 215) bahwa media pembelajaran adalah komponen strategi penyampaian yang dapat dimuati pesan yang akan disampaikan kepada si belajar, apakah itu orang, alat, atau bahan.
Media sebagai komponen strategi pembelajaran merupakan wadah dari pesan yang oleh sumber ingin diteruskan pada kepada sasaran atau penerima pesan tersebut, dan materi yang akan disampaikan adalah pesan pembelajaran, dan tujuan yang ingin dicapai adalah terjadinya proses belajar. Media mencakup semua sumber yang diperlukan untuk melakukan komunikasi dengan siswa-siswi. Sumber itu dapat berupa perangkat keras, seperti : komputer, televisi, LCD dan perangkat lunak yang digunakan pada perangkat-perangakat keras itu.
Menurut Degeng
(1993) sekurang-kurangnya ada lima cara dalam mengklarifikasi media
pembelajaran untuk keperluan mendiskripsikan strategi penyampaian, yaitu :
1.
Tingkat
kecermatan representasi.
Tingkat kecermatan representasi suatu media bisa diletakkan dalam
suatu garis kontinum, seperti: kongkrit, media pandang dengar, seperti: film
bersuara; media pandang, seperti gambar diagram; media dengar, seperti rekaman
suara dan simbol-simbol tertulis. Kontinum ini bisa bervariasi untuk suatu
pembelajaran, dan akan memiliki variasi kontinum yang berbeda menurut tingkat
kecermatan representasinya.
2.
Tingkat
interaktif yang mampu ditimbulkannya.
Tingkat interaktif yang mampu ditimbulkan oleh suatu media juga
dapat dibentangkan dalam suatu kontinum, tetapi titik-titik dalam kontinum itu
ditunjukkan oleh jenis media yang berbeda, seperti: computer, guru, buku
kerja/Lembar Kegiatan Siswa (LKS), buku teks, rekaman, siaran radio dan
televisi.
3.
Tingkat
kemampuan khusus yang dimilikinya.
Tingkat kemampuan khusus yang dimiliki oleh media juga dapat
dipakai untuk mendiskripsikan stategi penyampaian. Tiap media dapat
diidentifikasikan karakteristik khusus yang dimilikinya. Karakteristik yang
dimaksud adalah kemampuannya dalam menyajikan sesuatu yang tidak dapat
disajikan oleh media lain. Media-media
yang mempunyai kemampuan khusus inilah yang amat berpengaruh dalam menetapkan
strategi penyampaian. Kemampuan-kemampuan khusus ini dapat dilihat dari
kemampuan kemampuan dalam menyajikan sesuatu, kemampuan simulatif, dan
kemampuan kecermatan representasinya.
4.
Tingkat
motivasi yang mampu ditimbulkannya.
Tingkat pengaruh motivasional yang dimiliki suatu media juga
penting artinya untuk perlawanan mendeskripsikan strategi penyampaian, namun
perlu diingat bahwa pengaruh motivasional ini seringkali amat bervariasi
sejalan dengan perseorangan di antara siswa-siswi. Suatu media pembelajaran
bisa memberi pengaruh motivasional yang berbeda, dan perbedaan ini lebih banyak
dapat dikaitkan dengan perbedaan karakteristik siswa dengan media yang dipakai.
Makin dekat kesamaan karakteristik siswa-siswi dengan media yang dipakai, makin
tinggi pengaruh motivasional yang ditimbulkan oleh media itu.
5.
Tingkat
biaya yang diperlukan.
Tingkat biaya yang diperlukan dalam menyiapkan/membuat atau membeli
media juga penting untuk memdiskripsikan strategi penyampaikan. Mulai dari
perancanagan sampai pada pembuatannya, kalau media itu dikembangkan sendiri. Nilai
suatu strategi penyampaian dapat ditaksir dari jenis dan satuan media yang
dipakai. Makin tepat dan lengkap media yang dipakai, maka besar keefektifan
dari strategi penyampaian.
Berbagai
cara dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasikan media, Rudi
dan Bretz (1971) misalnya mengklasifikasi media ke dalam tujuh kelompok media,
yaitu:
1.
Media
audio visual gerak, merupakan media yang paling lengkap, yaitu menggunakan
kemampuan audio visual dan gerak.
2.
Media
audio visual diam, merupakan media kedua dari segi kelengkapan kemampuannya
karena ia memiliki semua kemampuan yang ada pada golongan sebelumnya kecuali
penampilan gerak.
3.
Media
audio semi gerak, memiliki kemampuan menampilkan suara disertai gerakan titik
secara linear, jadi tidak dapat menampilkan gerakan nyata secara utuh.
4.
Media
visual gerak, memiliki kemampuan seperti golongan pertama kecuali penampilan
suara.
5.
Media
visual diam, mempunyai kemampuan menyampaikan informasi secara visual tetapi
tidak dapat menampilkan suara maupun gerak.
6.
Media
audio, media yang hanya memanipulasikan kemampuan-kemampuan suara semata-mata.
7.
Media
cetak, merupakan media yang hanya mampu menampilkan informasi berupa huruf
angka, dan simbol-simbol verbal tertentu.
Usaha
pengklasifikasian tersebut mengungkapkan bahwa karakteristik atau ciri-ciri
khas suatu media berbeda menururt tujuan atau maksud pengelompokannya. Bentuk
interaksi antara siswa-siswi dengan media merupakan komponen penting untuk
mendiskrisikan strategi penyampaian. Komponen ini penting karena uraian
mengenai strategi penyampaian tidaklah lengkap tanpa memberi kegiatan belajar
siswa-siswi. Tersedianya media, penting sekali untuk merangsang kegiatan
belajar siswa-siswi. Kehadiran guru, untuk mengarahkan kegiatan belajar, buku
teks sebagai sumber informasi, komputer, VCD, televisi, dan LCD untuk
menampilkan film dan media lainnya amat diperlukan merangsangkan kegaiatan
belajar siswa-siswi dengan media inilah yang sebenarnya merupakan wujud nyata
dari tindak belajar. Belajar terjadi dalam diri siswa-siswi ketika mereka
berinteraksi dengan media, dan karena itu tanpa media, belajar tidak akan
pernah terjadi.
Sebagai bagian
dari sistem pembelajaran, media mempunyai nilai-nilai praktis berupa kemampuan
untuk: (a) membuat kongkrit konsep yang abstrak, (b) membawa obyek yang
berbahaya atau sukar didapat ke dalam lingkungan belajar, (c) menampilkan objek
yang terlalu besar, (d) menampilkan obyek yang tidak dapat diamati dengan mata
telanjang, (e) mengamati gerakan yang terlalu cepat, (f) memungkinkan siswa
berinteraksi langsung dengan lingkungannya, (g) memungkinkan keseragaman
persepsi bagi pengalaman belajar siswa, (h) membangkitkan motivasi belajar, (i)
memberi kesan perhatian individual untuk seluruh anggota kelompok belajar, (j)
menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang maupun
disimpang menurut kebutuhan, (k) menyajikan pesan atau informasi belajar secara
serempak, mengatasi batasan waktu maupun ruang, dan (l) mengontrol arah maupun
kecepatan belajar siswa.
2.2 Pemilihan
Media dan Sumber Pembelajaran Tematik.
Ada beberapa
prinsip yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media meskipun caranya dapat
berbeda, yaitu :
1.
Harus
ada kejelasan tentang maksud dan tujuan memilih media tersebut.
2.
“Kedekatan“
dengan media. Media yang akan dipilih harus dikenal sifat dan ciri-cirinya.
3.
Adanya
sejumlah media yang dapat diperbandingkan, karena pemilihan media pada dasarnya
adalah proses pengambilan keputusan dari adanya alternatif-alternatif pemecahan
yang dituntut oleh tujuan.
Faktor lain
yang juga harus dipertimbangkan untuk memilih media adalah apakah media yang
diperlukan adalah media jadi atau media yang harus dipersiapkan dan
dikembangkan sendiri. Untuk jenis media pemanfaatan dalam pembelajaran tematik.
Beberapa pertanyaan kriteria pemilihan dalam bentuk check list yang dapat
diajukan sebagai berikut:
1)
Apakah
materinya penting dan berguna bagi siswa kelas awal di SD?
2)
Apakah
dapat menarik minat siswa kelas awal di SD untuk belajar?
3)
Apakah
berkaitan langsung dengan tujuan pembelajaran khusus yang hendak dicapai di
kelas awal SD?
4)
Bagaimana
format penyajiannya diatur. Apakah memenuhi tata urutan belajar yang logis?
5)
Apakah
materi yang disajikannya sesuai dengan keadaan siswa di kelas awal SD dan
otentik?
6)
Apakah
konsep dan faktanya terjamin kecermatannya?
7)
Apakah
memenuhi standar kualitas teknis?
8)
Apakah
sudah dimantapkan melalui proses uji coba oleh ahli, dan sesuai dengan
karakteristik sasaran, dan bagaimana keberhasilannya?
Untuk media rancangan terdapat beberapa
langkah yang perlu diajukan sebelum memilih dan merancangnya, yaitu: (1)
menentukan apakah pesan yang akan disampaikan itu tujuan pembelajaran atau hanya
sekedar informasi/hiburan, (2) menetapkan apakah media itu dirancang untuk
keperluan pembelajaran atau alat bantu mengajar (peraga), (3) menetukan apakah
dalam usaha mendorong kegiatan belajar tersebut akan digunakan strategi
afektif, kognitif, atau psikomotor, (4)
menentukan media yang sesuai dari kelompok media yang cocok untuk
strategi yang dipilih dengan mempertimbangkan ketentuan kebijakan, fasilitas
yang ada, kemampuan produksi dan biaya, (5) mereview kembali kelemahan dan
kelebihan media yang dipilih, (6) perencanaan pengembangan dan produksi media
tersebut.
Sedangkan
analisis sumber belajar dimaksudkan untuk mengetahui sumber-sumber belajar apa
yang tersedia dan data yang digunakan untuk menyampaikan isi pembelajaran.
Hasil dari kegaiatan ini akan merupakan daftar sumber belajar yang tersedia dan
siap dipakai yang dapat mendukung proses pembelajaran. Langkah ini dalam desain
pembelajaran disebut dengan analisis kendala, yaitu analisis untuk mengetahui
keterbatasan-keterbatasan sumber-sumber belajar, termasuk pula keterbatasan
waktu dan pembiayaan. Analisis ini akan sangat bermanfaat dalam mendiskripsikan
stratedgi dalam penyampaian isi pembelajaran yang optimal.
Untuk mengkaji
lebih lanjut menganai kaitan antara tersedianya sumber belajar denga pemilihan
strategi penyampaian isi pembelajaran,
perlu diuraikan terlebih dahulu apa itu sumber belajar dan bagaimana
klasifikasinya.
a.
Sumber
Belajar
Sumber
belajar mencakup semua sumber yang mungkin dapat digunakan oleh siswa agar
terjadi perilaku belajar.
b.
Klasifikasi
Sumber Belajar
Peranan pokok sumber belajar dalam pembelajaran adalah
“mentransmisi” rangsangan atau informasi kepada siswa. Transmisi di sini
berkaitan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti berikut: (1) apakah informasi
yang ditransmisikan? (2) siapakah yang melakukan transmisi? (3) apa yang
menyimpan informasi, (4) bagaimana informasi itu ditransmisikan? (5) di mana
informasi itu ditransmisikan?
Dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan ini, dan mengidentifikasi
jawabannya, kita dapat mengorganisasi dimensi sumber belajar seperti berikut
ini:
Apa informasi yang ditransmisikan? ………… Pesan
Siapa yang melakukan transmisi? ………… Orang
Yang menyimpan informasi? ………… Bahan/Alat
Bagaimana informasi itu ditransmisikan ………… Teknik
Di mana ditransmisikan ………… Latar
Pertanyaan-pertanyaan di atas telah menuntun kita untuk
mengklasifikasi sumber belajar menjadi 6 bagian, yaitu: pesan, orang, bahan,
alat, teknik, dan latar. Pengertian dari keenam butir tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut:
(1)
Pesan:
informasi yang akan disampaikan oleh komponen yang lain, bisa berupa ide,
fakta, konsep, prosedur, atau prinsip. Dalam konteks pembelajaran,
konsep-konsep ini terkait dengan isi bidang studi yang ada dalam kurikulum.
(2)
Orang:
semua orang yang terlibat dalam penyimpanan dan/atau penyampaian pesan.
Guru/dosen, siswa/mahasiswa, dan nara sumber lain termasuk termasuk dalam
kelompok ini.
(3)
Bahan:
disebut perangkat lunak. Bahan berfungsi menyimpan pesan sebelum disalurkan
dengan menggunakan alat yang telah dirancang. Misalnya: transparansi yang
digunakan pada OHP, flash disk, CD, DVD, MMC pada komputer. Kadang-kadang juga
dapat menyajikan pesan tanpa bantuan alat, misalnya: buku teks, jurnal, dan
sejenisnya.
(4)
Alat:
disebut perangkat keras. Alat ini digunakan untuk menyalurkan pesan yang
tersimpan dalam bahan. Misalnya: OHP, Tape recorder, LCD, Komputer, Televisi,
dan sejenisnya.
(5)
Teknik:
prosedur baku atau pedoman langkah-langkah dalam penyampaian pesan, penggunaan
bahan dan alat, pemilihan latar, dan penetapan orang untuk menyampaikan pesan.
Misalnya: menggunakan komputer dalam pembelajaran, pembelajaran terprogram,
ceramah, dan sejenisnya.
(6)
Latar:
lingkungan di mana pesan ditransmisikan. Bisa berupa lingkungan fisik: gedung
kuliah/ruang belajar, laboratorium, studi, dan lingkungan non fisik: sirkulasi
udara, tata suara, tata ruang, dan sejenisnya.
c.
Langkah
Analisis Sumber Belajar
Sebagaimana dikemukakan sebelumnya, bahwa hasil akhir dari analisis
sumber belajar adalah berupa daftar sumber belajar yang tersedia dan dapat
dipakai untuk keperluan pembelajaran. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan
tersebut perlu dilakukan langkah-langkah analisis sumber belajar sebagai
berikut:
(1)
Pilih
klasifikasi sumber belajar.
(2)
Gunakan
klasifikasi ini untuk mengidentifikasi sumber-sumber belajar yang tersedia di
lingkungan di mana pembelajaran itu akan dilaksanakan.
(3)
Analisis
kualitas dan kuantitas sumber belajar.
Analisis kualitas dilakukan berdasarkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
dan karakteristik bidang studi yang akan dipelajari siswa. Analisis kualitas
dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kecermatan media untuk menyampaikan isi,
kemampuan-kemampuan khusus yang mampu ditampilkan media serta pengaruh
motivasional yang mampu ditampilkan.
(4)
Buat
daftar sumber belajar yang siap dipakai. Daftar ini hanya membuat sumber-sumber
belajar yang benar-benar akan dipakai sebagai media untuk menyampaikan isi
pembelajaran.
2.3
Lembar Kegiatan Pembelajaran Tematik
Pada dasarnya
ada tiga bentuk kegiatan pembelajaran. Setiap bentuk kegiatan pembelajaran di
atas membutuhkan bahan pembelajaran yang berbeda. Sebagai gambaran bentuk
kegiatan pembelajaran tersebut, dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.
Pengajar
sebagai fasilitator dan siswa-siswi belajar sendiri.
Bentuk kegiatan
pembelajaran ini adalah kegiatan pengajar bertindak sebagai fasilitator
sedangkan siswa belajar sendiri. Bentuk kegiatan pembelajaran ini disebut pula
belajar mandiri (independent learning). Belajar mandiri bermakna siswa-siswi
menggunakan bahan belajar yang didesain secara khusus. Bahan tersebut
dipelajarinya tanpa tergantung kepada kehadiran pengajar. Jenis bahan belajar
tersebut dapat berupa salah satu atau kombinasi program media, bahan cetak,
film, kaset, komputer, dan lain-lain.
Pengajar
tersebut bertindak sebagai fasilitator untuk mengontrol kemajuan siswa-siswi,
memberi motivasi, memberi petunjuk untuk memecahkan kesulitan siswa-siswi, dan
menyelenggarakan test. Untuk bentuk kegiatan belajar mandiri, pengembang
pembelajaran harus mengembangkan bahan ajar mandiri yang biasanya disebut modul.
Termasuk di dalamnya bahan belajar yang akan digunakan siswa, petunjuk untuk
tutor, tes, dan petunjuk untuk siswa.
Disamping bisa
digunakan pada sistem belajar jarak jauh, bahan belajar mandiri dapat pula
digunakan dalam kelas biasa. Dalam hal seperti itu peranan tutor dalam
mengontrol kemajuan siswa dan membantu dalam memecahkan masalah yang dihadapi
haruslah dilaksanakan secara intensif dan individual. Tanpa memberikan
perhatian yang besar terhadap peranan tutor atau fasilitator tersebut, penggunaan
bahan belajar mandiri di dalam kelas biasa akan kehilangan makna.
2.
Pengajar
sebagai sumber tunggal dan siswa belajar darinya.
Bentuk kegiatan
pembelajaran yang menempatkan pengajar sebagai sumber tunggal disebut
pengajaran konvensional. Kegiatan pembelajaran ini berlangsung dengan
menggunakan pengajar sebagai satu-satunya sumber bahan belajar dan sekaligus
bertindak sebagai penyaji isi pelajaran. Pengajaran ini tidak menngunakan bahan
pelajaran apapun, kecuali garis-garis besar yang disampaikan pada permulaan
pelajaran, beberapa transparansi, lembaran kertas yang berisi gambar, bagan,
dan formulir-formulir isian untuk digunakan dalam latihan (exercise) selama proses pengajaran. Siswa mengikuti
kegiatan pembelajaran tersebut dengan cara mendengarkan ceramah dari pengajar,
mencatat, mengisi formulir, dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh
pengajar.
Bahan-bahan
yang perlu dibuat oleh pengembang pembelajaran berbentuk:
a.
Program
pengajaran yang berisi: (1) deskripsi singkat isi pelajaran, (2) topik dan jadwal
pelajaran untuk setiap pertemuan (bila terdiri dari lebih dari satu kali
pertemuan), (3) tugas-tugas yang diharapkan diselesaikan siswa, (4) cara pemberian nilai
hasil belajar siswa. Bahan tersebut biasanya dibagikan kepada siswa pada
permulaan pelajaran.
b.
Bahan
transparansi, gambar, bagan, formulir isian, dan lain-lain. Bahan ini
dikumpulkan atau dibagikan kepada siswa selama proses pengajaran berlangsung.
c.
Strategi
pembelajaran dan tes yang telah dikembangkna untuk digunakan oleh pengajar.
3.
Pengajar
sebagai penyaji bahan belajar yang dipilihnya disingkat Pengajar, Bahan, Siswa
(PBS)
Kegiatan PBS
(penyaji bahan siswa) menggunakan bahan belajar yang telah ada di lapangan.
Bahan belajar itu dipilih oleh pengajar atas dasar kesesuaiannya dengan
strategi pembelajaran yang telah disusunnya dengan menambah atau mengurangi
materi yang ada di dalam bahan belajar yang ia gunakan.
Bahan pembelajaran
yang harus disiapkan oleh pengembang pembelajaran terdiri atas: (1) garis-garis
besar program pengajaran, (2) bahan pembelajaran yang kebetulan tersedia di
lapangan, dan relevan dengan strategi pembelajaran yang telah disusunnya, dan (3) tes.
2.4
Karakteristik Lembar Kegiatan Pembelajaran yang Baik
Dengan ketiga bentuk kegiatan pembelajaran seperti yang
disebutkan di atas, berikut ini akan dibahas tiga macam pengembangan bahan
pembelajaran, yaitu:
- Pengembangan bahan ajar mandiri
Bahan pembelajaran terdiri atas bahanbelajar yang akan
digunakan siswa, pedoman siswa, dan pedoman pengajar termasuk tes. Bahanbelajar
mandiri dikembangkan bila dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran siswa adalah
belajar secara mandiri, tanpa tergantung kepada kehadiran pengajaran. Bahan
pembelajaran itu adalah guru.
Bahan belajar mandiri mempunyai empat karakteristik
sebagai berikut :
a. Mempunyai
kalimat yang mampu menjelaskan sendiri. Uraian dalam bahan itu jelas sehingga
tidak perlu penjelasan tambahan dari pengajar atau sember lain.
b. Dapat
dipelajari oleh siswa sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing.
c. Dapat
dipelajari siswa menurut waktu dan tempat yang dipilihnya.
d. Mampu membuat
siswa aktif melakukan sesuatu pada saat belajar, seperti mengerjakan latihan,
tes atau kegiatan praktik. Siswa belajar tidak hanya membaca buku, mendengarkan
kaset/radio, melihat program video atau televisi.
Untuk memproduksi bahan belajar mandiri, pendesain
pembelajaran dengan startegi pembelajaran di tangannya, melakukan langkah-langkah
sebagai berikut :
a. Memilih dan
mengumpulkan bahan pembelajaran yang kebetulan tersedia dilapangan dan relevan
dengan isi pelajaran yang tercantum dalam startegi pembelajaran. Bahan-bahan
tersebut berbentuk buku, bab tertentu dalam buku, dan program media audio
visual.
b. Mengadaptasikan
bahan pembelajaran tersebut ke dalam bentuk bahan belajar mandiri dengan
mengikuti strategi pembelajaran yang telah disusun sebelumnya. Bila ternyata
tidak ada yang sesuai, pengembangan pembelajaran harus mulai menulis bahan
belajar sendiri.
c. Meneliti
kembali konsistensi isi bahan belajar tersebut dengan strategi pembelajaran.
d. Meneliti
kualitas teknis dari bahan tersebut, yang meliputi tiga hal sebagai berikut :
1) Bahasa yang
sederhana dan relevan
2) Bahasa yang
komunikatif
3) Desain fisik
- Pengembangan bahan pengajaran konvensional
Bahan pengajaran konvensional sangat terbatas jumlahnya,
karena yang menjadi tulang punggung kegiatan pembelajaran di sini adalah
pengajaran dan bahan-bahan pengajaran. Pengajar menyajikan isi pelajaran dengan
urutan, metode, media dan waktu yang telah ditentukan dalam strategi
pembelajaran.
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, bahwa satu-satunya
bahan yang diberikan kepada siswa dalam pengajarn konvensional adalah program
pengajaran yang berisi deskripsi singkat isi pelajaran, topik dan jadwal
peljaran untuk setiap kali pertemuan, tugas-tugas yang diharapkan diselesaikan
siswa, dan cara memberian nilai hasil belajar siswa. Bahan lain berupa
transparansi, gambar dan bagan, tidak dibagikan kepada siswa, tetapi digunakan
pengajar sebagai media pembelajaran.
Untuk menyusun program pengajaran yang akan dibagikan
kepada siswa, beberapa langkah di bawah ini akan membantu pengembanga
pembelajaran :
a. Menulis
deskripsi singkat isi pelajaran tersebut yang disimpulkan dari seluruh
subkomponen deskripsi singkat pada startegi pembelajaran untuk seluruh Tujuan
Pembelajaran Khusus.
b. Menulis topik
dan jadwal pelajaran yang diangkat dari setiap subkomponen deskripi singkat dan
waktu yang dibutuhkan pengajar pada strategi pembelajaran
c. Menyusun tugas
dan jadwal penyelasaiannya yang diharapkan dilakukan siswa. Daftar tersebut
meliput seluruh latihan yang terdapat dalam strategi pembelajaran.
- Pengembangan bahan PBS
Tulang punggung bahan PBS ini, pengembangan pembelajran
dengan menggunakan strategi pembelajaran di tangan memilih dan mengumpulkan
bahan pembelajaran yang telah dimiliknya, bahan-bahan tersebut tidak perlu
diubah, baik isi maupun formatnya. Segala kekurangannya untuk memenuhi strategi
pembelajaran diisi oleh pengajar. Karena itu, kompleks tidaknya petunjuk
pengajaran untuk PBS sangat tergantung
kepada relevansi bahan pembelajaran yang tersedia di lapangan dengan strategi
pengajaran yang telah disusun sebalumnya.
Berikut ini langkah-langkah yang dapat digunakan oleh
pengembangan pembelajaran dalam mengembangkan bahan PBS adalah :
a. Memilih dan
mengumpulkan bahan pembelajaran yang kebetulan tercantum dalam strategi
pembelajaran. Bahan tersebut berbentuk media cetak dan audio visual.
b. Menyusun bahan
tersebut sesuai dengan urutan pada urutan uraian yang terdapat dalam strategi
pembelajaran.
c. Mengidentifikasi
bahan-bahan yang tidak diperoleh dari lapangan untuk ditutup dengan penyajian
pengajar.
d. Menyusun
program pengajaran yang berisi : deskripsi singkat isi pelajaran, topik dan
jadwal pelajaran untuk setiap kali pertemuan, tugas-tugas yang diharapkan
diselesaikan siswa, dan cara pemberian nilai hasil belajar siswa.
e. Menyusun
petunjuk cara menggunakan bahan pembelajaran yang dibagikan kepada siswa.
f. Menyusun bahan
lain (bila masih diperlukan) yang berupa transparansi/power point, gambar, dan
semacamnya
2.5 Menyusun Lembar Kegiatan
Pembelajaran yang Baik
Selain
menembangkan bahan pembelajaran yang berbentuk salah satu diantara bahan
belajar mandiri, bahan pengajaran konvensional atau bahan PBS sebagai bentuk
kegiatan pembelajaran, pengembangan pembelajaran juga harus mengembangkan dua
macam pedoman, yaitu pedoman siswa dan pedoman pengajar. Pedoman siswa dan
pedoman pengajar ini diperlukn oleh setiap bentuk kegiatan pembelajaran.
Pedoman siswa
berisi :
1.
Petunjuk
penggunaan semua bahan belajar yang diterima siswa
2.
Daftar
kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan secara berurutan setiap unit pelajaran
atau pertemuan. Untuk pengajaran konvensional dan PBS wujud dari pedoman siswa
adalah program pengajaran yang telah diterimanya pada awal pertemuan.
3.
Dalam
belajar mandiri, pedoman siswa perlu disusun lebih lengkap dari pada pedoman
siswa yang digunakan dalam pengajaran konvensional dan PBS. Didalamnya harus
dilengkapi dengan petunjuk yang rinci tentang cara dan waktu yang tepat dalam
menggunakan setiap set bahan pembelajaran, baik yang berbentuk media cetak
maupun audio visual. Kegiatan siswa tersebut disusun secara berurutan sejalan
dengan urutan materi yang dijadikan bahan pelajaran mandiri.
Sedangkan
pedoman pengajaran berisi petunjuk kegiatan yang harus dilakukan pengajar.
Dalam bentuk kegiatan pembelajaran belajar mandiri, pedoman pengajar berupa
pedoman fasilitator atau tutor. Pedoman tersebut berisi :
1.
Petunjuk
memberikan motivasi
2.
Petunjuk
cara membimbing atau memberikan konsultasi kepada siswa dalam memecahkan
masalah yang dihadapinya.
3.
Petunjuk
menggunakan bahan pembelajaran, baik yang berbentuk meddia cetak maupun non
cetak.
4.
Petunjuk
memberikan bimbingan kepada siswa dalam
menyelasaikan setiap latihan.
5.
Petunjuk
menyelanggarakan dan memeriksa hasil tes.
6.
Naskah
tes akhir
Dalam pelajaran konvensional, pedoman pengajar berisi :
1.
Startegi
pembelajaran yang disusunnya.
2.
Program
pengajaran yang dibagikan kepada siswa
3.
Petunjuk
penggunaan formulir kerja atau petunjuk kegiatan praktik.
4.
Petunjuk
penyelanggaraan tes.
5.
Naskah
tes
Dalam PBS, pedoman pengajaran berisi petunjuk tentang :
1.
Isi
pelajaran yang belum termasuk dalam bahan belajar yang dibagikan kepada siswa,
2.
Cara
meberikan motivasi kepada siswa,
3.
Cara
menyajikan dan menggunakan bahan belajar yang telah dibagikan kepada siswa.
4.
Cara
menyelanggarakan dan memeriksa hasil tes.
5.
Naskah
dan cara penyelanggaraan tes awal, tes selma proses pembelajaran, dan tes
akhir.
Bahan
pembelajaran yang terdiri dari bahan belajar, pedoman siswa, pedoman pengajar,
dan tes merupakan satu set paket bahan yang dipergunakan oleh siswa dan
pengajaran selama melaksanakan kegiatan belajar. Seluruh bahan pembelajaran
tersebut telah dikembangkan melalui proses yang sistematik atas dasar prinsip
belajar dan prinsip pembelajaran untuk kelas awal Sekolah Dasar.
2.6 Lembar Kegiata Siswa
Pembelajaran Tematik
Lembar kegiatan
siswa merupakan lembar yang berisi pedoman bagi siswa untuk melakukan kegiatan
terprogram (Depdikbud, 1995). Lembar kegiatan siswa merupakan alat belajar
siswa yang memuat berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan oleh siswa secara
aktif. Kegiatan terdsebut dapat berupa pengamatan, eksperimen, dan pengajuan
pertanyaan. Oleh karena itu, lembar kegiatan siswa berkaitan dengan pilhan
strategi pembelajaran yang menyatu di dalam keseluruhan proses pembelajaran.
Lembar kegiatan siswa dibagi dalam dua macam, yaitu :
1.
Lembar
kegiatan yang berisi sarana untuk melatih, mengembangkan keterampilan dan
mengembangkan serta menemukan konsep dalam suatu tema.
2.
Lembar
kegiatan siswa yang dirancang untuk membimbing siswa dalam suatu proses belajar
mengajar dengan atau tanpa bimbingan guru (Muslim Ibrahim, 2008).
Lembar kegiatan
siswa dimaksudkan untuk mengaktifkan siswa, membantu siswa menemukan dan
mengembangkan konsep, melatih siswa menemukan konsep, menjadi alternatif cara
penyajian materi pelajaran yang menekankan keaktivan siswa, serta dapat
memotivasi siswa.
Sebagai bahan pertimbangan penulisan lembar kegiatan siswa, setiap
lembar kegiatan siswa yang disediakan memenuhi kriteria penulisan sebagai
berikut :
1.
Mengacu
pada kurikulum
2.
Mendorong
siswa untuk belajar dan bekerja
3.
Bahasa
yang digunakan mudah dipahami
4.
Tidak
dikembangkan untuk menguji konsep-konsep yang sudah diujuikan guru dengan cara
duplikasi (Muslim Ibrahim, 2008)
Dalam
mengembangkan lembar kegiatan siswa, menurut Muslim Ibrahim (2008) terdapat
tiga persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu persyaratan pedagogik, persyaratan
konstruksi, dan teknis.
·
Persyaratan
pedagogis : lembar kegiatan siswa harus mengikuti azas-azas pemeblajaran yang
efektif, seperti memberi tekanan pada proses penemuan konsep atau sebagai
petunjuk mencari tahu dan mempertimbangkan perbedaan individu, sehingga lembar
kegiatan siswa menggunakan berbagai strategi.
·
Persyaratan
konstruksi : menggunakan bahasa yang sesuai tingkat perkembangan siswa,
menggunakan struktur kalimat yang sederhana, pendek, dan jelas tidak berbelit,
memilikibtata urutan yang sistematik, memiliki tujuan belajar yang jelas,
memiliki identitas untuk memudahkan pengadministrasian.
·
Persyaratan
teknis : mencakup tulisan, gambar dan tulisan. Tulisan menggunakan huruf tebal
yang agak besar untuk topik, gunakan huruf biasa yang diberi garis bawah,
jumlah kata didalam satu baris tidak lebih dari 10 kata, dan sebagainya. Gambar
harus dapat menyampaikan pesan/isi secara efektif. Gambar harus cukup besar dan
jelas detilnya. Tampildisusun sedemikian rupa sehingga ada harmonisasi antara
gambar dan tulisan. Tampilan harus menarik dan menyenagkan untuk meningkatkan
motivasi.
Lembar kegiatan
siswa dapat dirancang dengan berbagai bentuk dan fungsi yang diharapkan dalam
kegiatan pembelajaran. Lembar kegiatan dapat disusun dalam bentuk : LKS
aktivitas, LKS bimbingan belajar, LKS pemantapan, dan LKS pengayaan.
2.7
Membuat Media Pembelajaran Tematik
Sebelum membuat
pembelajaran tematik, langkah kritis pertama yang perlu dilakukan guru dalam
membuat media adalah mencari, menemukan, dan memilih media yang memenuhi
kebutuhan belajar anak, menarik minat anak, sesuai dengan perkembanagan
kematangan dan pengalaman dan dengan sendirinyayang sesuai dengan subjek yang
dipelajari. Oleh karena itu, prinsip utama pemilihan media harus didasarkan
pada tujuan belajar yang ditentukan dengan mengingat karakteristik khusus yang
ada pada kelompok belajar.
Tujuan belajar yang baik harus memenuhi beberapa kriteria yang
terpenting diantaranya: (1) harus
dinyatakan dalam bentuk tingkah laku yang dapat diamati, (2) harus dapat diketahui/dinilai
tingkat-tingkat pencapaiannya, bila perlu dapat diteruskan dengan pedoman
perumusan tujuan.
Sedangkan karakteristik dari kelompok belajar yang perlu
dipertimbangkan adalah: (1) kematangan anak dan latar belakang pengalamannya.
(2) kondisi mental yang berhubungan dengan usia perkembangannya.
Substansi
pengalaman yang tertalu kompleks, misalnya akan sukar dapat diterima oleh
anak-anak tingkat permulaan, ataupun anak-anak dipedalaman yang latar belakang
pengalamannya sangat terbatas. Dalam usia perkembangan menjelanga akhir masa
kanak-kanak akan tertarik untuk mengekplorasi gejala alam dan belajar bagaimana
caranya mengontrol gejala itu. Makin berkembang usia anak itu ke kedewasaan
akan berubah masa pandangan dan perhatiannya kedalam sistem nilai, sosial, dan
lain-lain. Dengan mengenal perkembangan kondisi mental ini, guru dapat memilih
dan, merancang dan memproduksi media yang lebih tepat.
Sebagai
gambaran pembuatan media pembelajaran tematik, berikut ini
dijelaskan tahapan-tahapan sebagai berikut:
dijelaskan tahapan-tahapan sebagai berikut:
1.
Penyusunan Rancangan
Untuk
membuat program media pembelajaran terlebih dahulu
melakukan persiapan dan perencanaan yang teliti. Perencanaaan itu biasa dilingkungi beberapa pertanyaan sebagai berikut: Mengapa Anda ingin membuat program media itu? Apakah program media itu ada kaitannya dengan proses belajar mengajar tertentu untuk mencapai tujuan tertentu pula? Untuk siapa program media itu dibuat? Bagaimana karakteristik anak itu? Betulkah program media diperlukan anak kelas awal usia sekolah dasar? Perubahan tingkah laku apa yang Anda perlukan terjadi pada anak usia sekolah dasar kelas awal bila mereka selesai belajar dengan menggunakan media yang Anda buat? Apa materi yang perlu disajikan melalui media itu supaya terjadi perubahan pada anak usia sekolah dasar di kelas awal? Bagaimana urutan materi itu harus disajikan? Apa ukuran yang dapat Anda gunakan untuk mengetahui bahwa pada diri anak didik telah terjadi perubahan tingkah laku?
melakukan persiapan dan perencanaan yang teliti. Perencanaaan itu biasa dilingkungi beberapa pertanyaan sebagai berikut: Mengapa Anda ingin membuat program media itu? Apakah program media itu ada kaitannya dengan proses belajar mengajar tertentu untuk mencapai tujuan tertentu pula? Untuk siapa program media itu dibuat? Bagaimana karakteristik anak itu? Betulkah program media diperlukan anak kelas awal usia sekolah dasar? Perubahan tingkah laku apa yang Anda perlukan terjadi pada anak usia sekolah dasar kelas awal bila mereka selesai belajar dengan menggunakan media yang Anda buat? Apa materi yang perlu disajikan melalui media itu supaya terjadi perubahan pada anak usia sekolah dasar di kelas awal? Bagaimana urutan materi itu harus disajikan? Apa ukuran yang dapat Anda gunakan untuk mengetahui bahwa pada diri anak didik telah terjadi perubahan tingkah laku?
Bila
pertanyaan-pertanyaan di atas disusun secara lebîh sistematik maka urutan dalam
mengembangkan program media itu dapat diutarakan sebagai berikut:
a.
menganalisis kebutuhan
dan karakteristik siswa.
b.
Merumuskan tujuan
pembelajaran dengan operasional dan khas dengan
rangkaian tematik.
c.
Merumuskan tema-tama
dan butir-butir materi secara terperinci yang mendukung tercapainya tujuan.
d.
Mengembangkan alat
pengukur keberhasilan.
e.
Menulis naskah media.
f.
Mengadakan tes revisi.
2.
Penulisan Naskah
Pada
tahap ini, pokok-pokok materi/tema-tema yang dipersiapkan dalam pembelajaran
perlu diuraikan lebih lanjut untuk kemudian disajikan kepada siswa. Penyajian
ini dapat disampaikan melalui medÃa yang sesuai atau yang dipilih. Supaya
materi pembelajaran tersebut dapat disampaikan melalui media itu, materi
tersebut perlu dituangkan dalam tulisan dan atau gambar yang disebut dengan
naskah program medÃa.
Naskah
program media itu ada bermacam-macam; tiap-tiap jenis mempunyai bentuk naskah
yang berbeda-beda. Tetapi pada dasarnya maksudnya sama, yaitu sebagai penuntun
dalam memproduksi program media itu. Naskah ini berisi teks, urutan gambar dan
grafis yang perlu diambil dengan alat perekam audio-visual.
Pada
umumnya lembaran naskah dibagi menjadi dua kolom. Kolom sebelah kiri dituliskan
nama pelaku, dan jenis suara atau gambar yang harus direkam. Sedangkan kolom
sebelah kanan berisi narasi yang harus dÃbaca para petaku, nama lagu dan suara-suara
yang harus direkam. Dalam menuliskan naskah itu semua informasi yang tidak akan
disuarakan (dibaca bersuara) oleh pelaku harus ditulis dengan huruf besar. sedangkan narasi dan percekapan yang akan
dibaca oleh pelaku ditutis dengan huruf kecil.
3. Produksi MediaNaskah berguna untuk dijadikan penuntun dalam produksi, naskah adalah rancangan produksi. Dengan naskah sebagai pemandunya kemudian kita harus, mengambil gambar, merekam suara, memadukan gambar dan suara, memasukkan musik. serta menyunting gambar dan suara supaya alur penyajiannya sesuai dengan naskah., menarik dan mudah diterima oleh sasaran. Semua kegiatan itulah yang disebut kegiatan produksi. Dalam kegiatan produksi ini ada tiga kelompok personil yang terlibat, sutradara atau pemimpin produksi, kerabat kerja, dan pemain. Ketiga kelompok personil itu mempunyai tugas dan tanggung jawab yang berbeda namun semuanya menuju satu tujuan yaitu dihasilkannyaa program media pembelalaran yang bermutu, dengan kualitas teknis yang baik
4. Evaluasi Program Media
Apapun media yang diproduksi, apakah itu media audio, power point, tranparansi OHP, film, video ataupun gambar dan permainan perlu dinilai terlebih dahulu sebelum dipakai secara luas. Penilaian (evaluasi) ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah media yang telah dibuat tersebut dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dicapai dengan efektif dan efisien. Ada dua macam bentuk penguji cobaan media yang dikenal, yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Sebagai gambaran pelaksanaan bentuk evaluasi tersebut, akan dijelaskan sebagai berikut:
1) Evaluasi Formatif
Evatuasi formatif adalah proses yang dimaksudkan untuk mengumpulkan data tentang efektifitas dan efisiensi media pembelajaran yang telah diproduksi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Data-data tersebut dimaksuakan untuk memperbaiki dan menyemurnakan media yang bersangkutan agar lebih efektÃf dan efisien. Ada tiga tahap evaluasi formatif yang dilakukan terhadap evaluasi program media, yaitu evaluasi satu lawan satu (one to one), evalusi kelompok kecil (small group evaluation), dan evaluasi lapangan (field evaluation). Gambaran tahapan evalusi formatif dijelakan sebagai berikut :
a. Evaluasi satu lawan satu
Pada tahap ini dipilih dua orang atau lebih siswa yang dapat mewakili populasi target dari media yang telah dibuat. Media kemudian disajikan kepada mereka secara individual. Kedua orang siswa yang dipilih, satu orang berasal dari populasi target yang kemampuan umumnya sedikit di bawah rata-rata dan satu atas rata-rata.
Prosedur pelaksanaannya adalah sebagai berikutMenjelaskan kepada siswa bahwa anda sedang merancang suatu media pembelajaran baru dan ingin mengetahui bagaimana reaksi mereka terhadap media yang anda buat tersebut.
v Katakanlah kepada mereka bahwa apabila nanti mereka berbuat salah itu bukan karena kekurangan mereka tapi karena kekurang sempurnaan media tersebut hingga perlu diperbaiki.
Usahakan agar mereka berbuat rileks dan bebas mengemukakan pendapatnya tentang media tersebut
Berikan tes awal untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dan pengetahuan siswa terhadap topik yang dimediakan
Sajikan media dan catat berapa lama waktu yang dìperlukan oleh guru dan siswa untuk menyajikan/menyelesaikan media tersebut. Catat pula bagaimana reaksi siswa dan bagian-bagian sulit untuk dipahami; apakah contohnya, penjelasannya, petunjuknya, ataukah yang lain.v Rerikan tes yang mengukur keberhasilan media tersebut (post test).Analisis informasi yang terkumpul
Percobaan ini dapat dilakukan kepada siswa yang lain dengan prosedur yang sama. Atau dapat dievaluasi kepada ahli bidang studi (content expert). Mereka diharapkan memberikan umpan balik yang bermanfaat, untuk selanjutnya dilakukan revisi sebelum dicobakan pada kelompok kecil.b. Evaluasi kelompok kecilPada tahap ini media diujicobakan pada kelompok kecil (10 s/d 20 orang siswa) yang dapat mewakili populasi target. Siswa yang dipilih dalam kegiatan ìni hendaknya mencerminkan karakteristik populasi. Usahakan sampel tersebut terdiri dari siswa-siswa kelas awal sekolah dasar yang kurang pandai. sedang dan pandai, laki-laki dan perempuan, dan latar belakang. Prosedur yang ditempuh adalah:
Jelaskan bahwa media tersebut berada pada tahap evaluasi formatif dan memerlukan umpan balik untuk menyempurnakannya.
v Berikan tes awal (pretest) untuk mengukur kemampuan dan pengetahuan siswa tentang topik yang dimediakan.
v Sajikan media atau minta kepada siswa untuk mempelajari medÃa tersebut.
v Catat waktu yang diperlukan dan semua bentuk umpan balik (langsung ataupun tak langsung) selama penyajian media.
v Berikan tes untuk mengetahui sejauh mana tujuan bisa tercapai (post test) dalam bentuk lisan.
v Pertanyaan lisan yang diberikan kepada siswa antara lain: menarik tidaknya media tersebut, mengerti tidaknya siswa akan pesan yang disampaikan, cukup tidaknya latihan dan contoh yang diberikan. Informasi yang lebih detail dapat dicari lewat pertanyaan lisan ini.
v Analisis data-data yang terkumpul.
c. Evaluasi lapangan Evaluasi lapangan adalah tahap akhir dari evaluasi formatif yang perlu dilakukan. Usahakan memperoleh situasi yang semirip mungkin dengan situasi sebenarnya. Setelah selesai melalui dua tahap di atas tentulah media yang dibuat sudah mendekati kesempurnaannya. Pada tahap ini dipilih sekitar 30 orang siswa dengan berbagai karakteristik (tingkat kepandaian, kelas, latar belakang, jenis kelamin, usia kemajuan belajar dan sebagainya) sesuai dengan karkteristik populasi sasaran. Prosedur pelaksanaannya adalah sebagai berikut:
v Pilih siswa sekitar 30 orang siswa yang mewakili populasi target dari berbagai tingkat kemampuan dan keterampilan siswa yang ada. Tes kemampuan awal dapat dilakukan bila belum diketahui karakteristik siswa.
v Menjelaskan kepada mereka maksud uji lapangan tersebut dan apa yang diharapkan dari akhir kegiatan. Usahakan mereka bersikap rileks dan berani mengemukakan penilaian, dan jauhkan sedapat mungkin perasaan bahwa uji coba ini menguji kemampuan mereka.
v Berikan tes awal untuk mengukur sejauhmana kemampuan dan keterampilan mereka terhadap topik yang dimediakan.
v Sajikan media tersebut kepada mereka. Bentuk penyajiannya disesuaikan dengan rencana pembuatannya (untuk prestasi kelompok besar, kelompok kecil, atau belajar mandiri).
v Catat semua respon yang masuk dari siswa selama sajian. Begitu pula waktu yang diperlukan.
v Berikan tes untuk mengukur seberapa jauh pencapaian hasil belajar siswa setelah sajan media tersebut. Hasil tes ini (post test) dibandingkan dengan hasil tes pertama (pre test) untuk melihat seberapa jauh keefektifan dan efisien media yang dibuat tersebut.
v Berikan pertanyaan lisan untuk mengetahui pendapat atau sikap mereka terhadap media tersebut dan sajian yang diterimanya, dan
v Ringkas dan analisis yang diperoleh dari kegiatan-kegiatan tadi: kemampuan awal, sektor tes awal dan tes akhir, waktu yang diperlukan, perbaikan bagian-bagian yang sulit, dan pengayaan yang diperlukan, kecepatan sajian dan sebagainya. Atas dasar semua ini media diperbaiki dan disempurnakan.
2) Evaluasi Sumatif
Evaluasi sumatif merupakan bentuk final dari suatu produk media pembelajaran, setelah diperbaiki dan disempurnakan. Evaluast sumatif dimaksudkan mengumpulkan data untuk menentukan apakah media yang telah dibuat patut digunakan dalam stuasi-situasi tertentu atau apakah media tersebut benar-benar efektif seperti yang Anda laporkan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
·
Media
sebagai komponen strategi pembelajaran merupakan wadah dari pesan yang oleh
sumber ingin diteruskan pada kepada sasaran atau penerima pesan tersebut, dan
materi yang akan disampaikan adalah pesan pembelajaran, dan tujuan yang ingin
dicapai adalah terjadinya proses belajar. Media mencakup semua sumber yang
diperlukan untuk melakukan komunikasi dengan siswa-siswi. Sumber itu dapat
berupa perangkat keras, seperti : komputer, televisi, LCD dan perangkat lunak
yang digunakan pada perangkat-perangakat keras itu.
·
Ada
lima cara dalam mengklarifikasi media pembelajaran untuk keperluan
mendiskripsikan strategi penyampaian, yaitu : Tingkat kecermatan representasi,
Tingkat interaktif yang mampu ditimbulkannya, Tingkat kemampuan khusus yang
dimilikinya, Tingkat motivasi yang mampu ditimbulkannya, Tingkat biaya yang
diperlukan.
·
Bahan belajar mandiri mempunyai empat
karakteristik sebagai berikut :
o Mempunyai
kalimat yang mampu menjelaskan sendiri.
o Dapat
dipelajari oleh siswa sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing.
o Dapat
dipelajari siswa menurut waktu dan tempat yang dipilihnya.
o Mampu membuat
siswa aktif melakukan sesuatu pada saat belajar
·
Dalam
mengembangkan lembar kegiatan siswa, menurut Muslim Ibrahim (2008) terdapat
tiga persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu persyaratan pedagogik, persyaratan
konstruksi, dan teknis.
·
Pembuatan media pembelajaran
tematik, berikut ini dijelaskan tahapan-tahapan sebagai berikut: Penyusunan
Rancangan, Penulisan Naskah, Produksi Media,
Evaluasi Program Media.
3.2
Saran
Kami
ingin menyampaikan melalui makalah ini agar pembaca makalah dapat memahami
materi Model dan Strategi Pembelajaran Tematik mengenai Pengembangan Media Pembelajaran Tematik ini secara mendalam dan mendapat pengetahuan
lebih banyak lagi tentang Model dan Strategi Pembelajaran Tematik.
DAFTAR PUSTAKA
Trianto, 2009. Mengembangkan Model Pembelajaran
Tematik.
Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya.
Terima Kasih atas kunjungan anda,
jangan lupa tinggalkan jejak dengan memberikan komentar atas postingan ini...
Post a Comment