Meningkatan Hasil Belajar pada Materi Persiapan Kemerdekaan Indonesia Menggunakan Model Mind Mapping dikombinasikan dengan Concept Sentence
Table of Contents
Meningkatan Hasil Belajar pada Materi
Persiapan Kemerdekaan Indonesia Menggunakan Model Mind Mapping dikombinasikan dengan Concept Sentence pada Siswa
Kelas V SDN Bincau Muara Kabupaten Banjar
Herman
Firdaus
Program PG-PSD FKIP Universitas Lambung Mangkurat
(ULM), Jl. Brigjen H.Hasan Basry, Banjarmasin
e-mail: mrdaus777@gmail.com
ABSTRACT
In
practice the real learning activities in the classroom, the teacher of the
class 5 SDN Bincau Muara facing
various problems. Problems occurred in the learning activities such as the
student has yet to understand the subject matter taught thoroughly, this is
apparent when the teacher gives assignments, tasks that are not completed by
teachers provided students with good. In the learning process of students looks
passive and not directly involved in the study, it is visible when the teacher
asked the students to ask about material that is not understood, there is
almost no students who have stretched out a hand to ask questions and the
students just looks all silent. Students in a learning activity looks crowded
and busy with his world, there is even a frequent truant students and never
attend until now.
This study
used a qualitative research approach with the kind of
class action Research (PTK). Class action research was conducted on the SDN
Bincau Muara located in Banjar Regency. Implemented on the even semester
academic year 2015/2016 on a Social Science lesson (IPS) with the material
preparation of Indonesia's independence. With a total of 23 students consists
of 16 men and 7 women. The data used in the form of the results of the
observation activities of the teachers and students during the learning
progress and student learning outcomes acquired through a written test at the
end of learning.
The results of observation
activities teachers have done very well, the activity of students in learning
have been very active and an increase in the results of the study be 91% to
reach the KKM. So the learning Mind Mapping model combined with Concept
Sentence recommended to teachers so they can be used as an alternative in the
learning variations, especially on subjects IPS material Independence Indonesia.
Keywords: results of the study, the preparation of the independence of
Indonesia, Mind Mapping, Concept Sentence.
Pada masa
sekarang, pengembangan sistem pendidikan nasional merupakan salah satu faktor
utama dalam menilai keberhasilan pembangunan sebuah negara. Pendidikan
merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM)
dalam menjamin keberlangsungan pembangunan suatu bangsa. Sehubungan dengan itu,
Susanto (2014) menjelaskan bahwa pendidikan merupakan salah satu instrumen
utama pengembangan SDM, tenaga pendidik dalam hai ini guru sebagai salah satu
unsur yang berperan penting di dalamnya.
Suriansyah
(2013:1) mengatakan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
sangat cepat berpengaruh terhadap gaya hidup, sosial dan ekonomi sehingga
selalu mengalami perubahan yang tingkat akselerasinya juga semakin cepat.
Perubahan masyarakat industri ke masyarakat infomasi telah menimbulkan dampak
terhadap permintaan atas program baru pendidikan, khususnya tuntutan kualitas pendidikan menjadi sangat
besar dari masyarakat.
Trianto
(2014:3) mengemukakan bahwa peningkatan kualitas pendidikan diarahkan untuk
meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya agar memiliki daya saing dalam
menghadapi tantangan global. Sekolah merupakan institusi masyarakat yang berperan dalam transformasi,
pengembangan keilmuan dan pewarisan nilai. Sehingga yang diperlukan adalah
pendidikan yang berkualitas. Oleh sebab itu diperlukan guru yang memiliki
kemampuan yang maksimal (guru profesional) karena guru merupakan komponen yang
sangat menentukan dalam implementasi proses pembelajaran di dalam kelas sebagai
unsur terkecil dari suatu keberhasilan pendidikan.
Keberhasilan
implementasi suatu strategi pembelajaran di dalam kelas harus ditunjang oleh
guru yang profesional, yaitu guru yang benar-benar piawai dalam menggunakan
strategi, metode, teknik pembelajaran yang inovatif dan kreatif.
Dalam
kegiatan pembelajaran, posisi guru tidak hanya dituntut untuk hadir di kelas,
tetapi guru harus berperan dalam menentukan nasib bangsa dimasa depan. Dalam
kegiatan pembelajaran biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Anak yang berhasil
dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran.
Gunawan
(2013:16) mengatakan bahwa Salah satu mata pelajaran yang sangat penting di
Sekolah Dasar adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Pelajaran
IPS termasuk kelompok mata pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PP no.19.
2005 pasal 7 ayat 3, pasal 70 ayat 2 dan 4).
IPS
merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di SD yang mengkaji
seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan
isu sosial. Melalui mata pelajaran IPS anak diarahkan untuk dapat menjadi warga
negara Indonesia yang demokratis, bertanggung jawab serta warga dunia yang
cinta damai (Gunawan, 2013:51)
Pelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD harus memperhatikan kebutuhan anak yang
berusia antara 6-12 tahun. Anak dalam kelompok usia 6-12 tahun menurut Piaget
(1963) berada dalam perkembangan kemampuan intelektual/kognitifnya pada
tingkatan operasional kongkrit.
Susanto
(2014:2) mengemukakan bahwa proses pembelajaran pendidikan IPS di jenjang
persekolahan baik pada tingkat pendidikan dasar maupun menengah, perlu adanya
pembaharuan yang serius, karena pada kenyataannya selama ini masih banyak model
pembelajaran yang masih bersifat konvensional, tidak terlihat adanya improvisasi
dalam pembelajaran, jauh dari model pembelajaran yang modern sesuai dengan
tuntutan zaman dan kondisi lingkungan sekitar dimana siswa berada.
Pada silabus IPS kelas V SD dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), terdapat materi masa persiapan kemerdekaan Indonesia yang harus dikuasai
oleh siswa. Dengan menunjukan betapa pentingnya mempelajari tentang sejarah
para pahlawan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Siswa diharapkan mampu
menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan
Indonesia.
Salah satu indikator yang harus
dicapai siswa adalah menjelaskan beberapa usaha dalam rangka mempersiapkan
kemerdekaan. Berdasarkan data dari guru atau pengajar kelas V SDN Bincau Muara
didapatkan informasi bahwa siswa mengalami kesulitan belajar pada pembelajaran
IPS tentang sejarah, terutama pada materi masa Persiapan Kemerdekaan Indonesia.
Materi tersebut dianggap siswa kurang menarik sehingga siswa tidak ingin
menggali pengetahuan yang lebih dalam lagi.
Dalam praktek nyata kegiatan
pembelajaran di kelas, pengajar kelas V SDN Bincau Muara menghadapi berbagai
permasalahan. Permasalahan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran diantaranya
adalah siswa belum memahami materi pelajaran yang diajarkan secara tuntas, hal ini
terlihat ketika guru memberikan tugas, tugas-tugas yang diberikan guru tidak
diselesaikan oleh siswa dengan baik.
Dalam proses pembelajaran siswa terlihat pasif dan tidak terlibat secara
langsung dalam pembelajaran, hal tersebut terlihat ketika guru meminta siswa
untuk bertanya mengenai materi yang
tidak dipahami, hampir tidak ada siswa
yang mengacungkan tangan untuk bertanya dan siswa hanya terlihat diam semua.
Siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran terlihat ramai dan sibuk dengan
dunianya masing-masing, bahkan ada siswa yang sering membolos dan tidak pernah
mengikuti pelajaran sampai sekarang.
Berdasarkan permasalahan yang telah
peneliti jelaskan, maka hal tersebut berdampak terhadap rendahnya hasil belajar
IPS terutama pada materi tentang Persiapan Kemerdekaan Indonesia yang
didapatkan siswa kelas V di sekolah tersebut. Masih terdapat beberapa siswa
yang belum memenuhi standar nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) dalam
pelajaran IPS yaitu 70. Pada tahun ajaran 2013/2014, dari hasil ulangan siswa
terdapat 8 siswa (40%) yang mendapatkan nilai dibawah KKM dan yang mendapat
nilai diatas KKM sebanyak 12 siswa (60%) dengan nilai terendah yang diperoleh
siswa 60 dan nilai tertinggi 83. Sedangkan pada tahun ajaran 2014/2015, dari
hasil ulangan siswa terdapat 8 siswa (50%) yang mendapat nilai di bawah KKM,
dan 8 siswa (50%) yang berada diatas KKM dengan nilai terendah 51 dan nilai
tertinggi 90.
Berdasarkan hal tersebut, dapat
diidentifikasi bahwa dalam pembelajaran IPS terutama tentang sejarah persiapan
kemerdekaan Indonesia terjadi beberapa masalah yang harus diatasi, diantaranya
adalah hasil belajar dan keaktifan siswa rendah.
Berdasarkan permasalahan yang telah
dijelaskan, maka dicari suatu solusi untuk memecahkan masalah tersebut.
Sebaiknya guru memilih model pembelajaran yang dapat mengasah kemampuan
pemahaman siswa dan membuat siswa aktif dalam mengikuti pelajaran. Salah satu
alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan sebagai solusi dalam
memecahkan permasalahan dalam pembelajaran adalah dengan menggabungkan dua
model kooperatif yaitu model Mind Mapping
dengan Concept Sentence.
Menurut Shoimin (2014:105) mind map atau pemetaan pikiran adalah
teknik pemanfaatan seluruh otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana
grafis lainnya untuk membentuk kesan. Otak sering kali mengingat informasi
dalam bentuk gambar, simbol, suara, bentuk-bentuk, dan prasarana. Peta ini
dapat membangkitkan ide-ide orisinil dan memicu ingatan yang mudah. Ini jauh
lebih mudah daripada metode pencatatan tradisional karena ia mengaktifkan kedua
belahan otak.
Shoimin (2014:37) mengatakan bahwa
“model Concept Sentence adalah model
pembelajaran yang dilakukan dengan memberikan kartu-kartu yang berisi beberapa
kata kunci kepada siswa. Kemudian, kata kunci tersebut disusun menjadi beberapa
kalimat dan dikembangkan menjadi paragraf-paragraf.”
Alasan peneliti memilih model
pembelajaran Mind Mapping karena
dapat membuat siswa lebih mudah dalam menerima dan memahami isi materi yang
disajikan, pembuatan mind map yang
warna warni akan meningkatkan kemampuan manajemen informasi, konsentrasi,
imajinasi serta meningkatkan kemampuan fungsi otak pada siswa sehingga kegiatan
pembelajaran lebih menyenangkan. Ditambah dengan model Concept Sentence diharapkan siswa dapat menangkap konsep-konsep
yang terkandung dalam sebuah materi. IPS merupakan mata pelajaran yang bersifat
hafalan sehingga siswa dituntut untuk menghafalkan materi IPS yang sangat
banyak. Siswa akan menjadi tidak bersemangat dan bosan jika materi disampaikan
dengan metode yang biasa saja. Oleh karena itu peneliti menggabungkan model Mind Mapping dengan Concept Sentence.
Alasan peneliti menggabungkan dua
model pembelajaran menjadi satu pada saat penerapannya di kelas karena model Mind Mapping model Concept Sentence saling melengkapi. Untuk membuat catatan berbentuk
mind map, siswa harus membaca
materi terlebih dahulu , dari materi
tersebut siswa dapat menemukan hal-hal penting yang dapat dijadikan sub-sub
topik. Dengan cara itu siswa akan aktif
menggali sebuah konsep dari materi yang ia baca, ditammbah dengan model Concept Sentence akan membuat siswa
lebih mudah dalam menjabarkan inti materi atau isi dari mind map kedalam bentuk kalimat dan menceritakannya di depan kelas
dengan runtut, baik dan benar sehingga
tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
Beberapa penelitian menggunakan
model Mind Mapping telah banyak
dilaksanakan. Penelitian tersebuat antara lain dilakukan oleh Ratnasari (2013),
Amelia (2013) dan Muhibah (2013). Sedangkan penelitian dengan menggunakan model
Concept Sentence juga pernah
dilaksanakan oleh Mahillah (2013) dan Sukmawati (2013). Dari beberapa
penelitian di atas, tentu hal ini mempunnyai relevansi dengan penelitian yang
akan dilakukan peneliti. Namun yang membedakannya adalah permasalahan dalam penelitian,
subyek dan obyek penelitiannya.
Yang telah dipaparkan di atas tentu
hasil penelitian yang akan dilaksanakan berbeda dengan hasil penelitian
sebelumnya, jika ada kemiripan bukan berarti sama persis, namun hanyalah sebuah
pembuktian teori yang telah dilakukan sebelumnya, dan dapat dikatakan sebagai
penelitian baru.
Berdasarkan uraian di atas, maka
peneliti melakukan penelitian tindakan kelas yang berjudul : “Meningkatan Hasil
Belajar pada Materi Persiapan Kemerdekaan Indonesia Menggunakan Model Mind Mapping Dikombinasikan dengan Concept
Sentence pada Siswa Kelas V SDN Bincau Muara Kabupaten Banjar”. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Aktivitas guru dalam pembelajaran pada
materi Persiapan Kemerdekaan Indonesia menggunakan model Mind Mapping dikombinasikan
dengan Concept Sentence pada
siswa kelas V SDN Bincau Muara Kabupaten Banjar.
2. Aktivitas siswa dalam mempelajari materi
Persiapan Kemerdekaan Indonesia menggunakan model Mind Mapping dikombinasikan
dengan Concept Sentence pada
siswa kelas V SDN Bincau Muara Kabupaten Banjar.
3. Peningkatan hasil belajar siswa kelas V
pada materi Persiapan Kemerdekaan Indonesia dengan menggunakan model Mind Mapping dikombinasikan dengan Concept
Sentence di SDN Bincau Muara Kabupaten Banjar.
Djamarah (Suriansyah, dkk. 2014:40)
mengatakan bahwa pada usia sekolah dasar anak pertama kali mengalami pendidikan
formal dan juga bisa dikatakan bahwa usia ini adalah merupakan usia yang matang
untuk menerima pelajaran-pelajaran yang merupakan tingkat pertama dalam
pendidikan sebagai bekal dikemudian hari meniti jenjang pendidikan tingkat yang
lebih tinggi.
Anak dalam kelompok usia 7-11 tahun
menurut Piaget (1963) berada dalam perkembangan kemampuan
intelektual/kognitifnya pada tingkatan operasional kongkrit. Menurut Yusuf dan
Sugandhi (2011:61) “pada usia sekolah dasar anak sudah dapat mereaksi
rangsangan intelektual, atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut
kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif.”
Dilihat dari karakteristik anak
usia SD, menurut Piaget (Trianto, 2014:72) “anak membangun sendiri
skemata-skemata dari pengalaman sendiri dengan lingkungannya”, oleh sebab itu
peran guru sebaiknya sebagai fasilitator dan bukan sebagai pemberi informasi.
Dari implikasi teori Piaget, jelaslah guru harus mampu menciptakan keadaan
siswa yang mampu untuk belajar sendiri. Artinya guru tidak sepenuhnya
mengajarkan suatu bahan ajar, melainkan membangun siswa yang mampu belajar dan
terlibat aktif dalam belajar.
“IPS merupakan salah satu mata
pelajaran yang diberikan di SD yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta,
konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Melalui mata
pelajaran IPS anak diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang
demokratis, bertanggung jawab serta warga dunia yang cinta damai.” (Gunawan,
2013:51)
Gunawan (2014:50) mengatakan bahwa
pendidikan IPS di Sekolah Dasar disajikan dalam bentuk synthetic sciense, karena basis dari disiplin ini terletak pada
fenomena yang telah diobservasi di dunia nyata.
Adapun menurut Chapin dan Messick
(Susanto, 2014:11) tujuan pembelajaran IPS dapat dikelompokan kedalam enam
komponen, yaitu:
1. Memberikan pengetahuan tentang pengalaman
manusia dalam bermasyarakat pada masa lalu, sekarang dan yang akan datang..
2. Mengembangkan keterampilan untuk mencari
dan mengolah informasi.
3. Mengembangkan nilai sikap demokrasi dalam
bermasyarakat.
4. Menyediakan kesempatan siswa untuk
berperan serta dalam kehidupan sosial.
5. Ditujukan pada pembekalan pengetahuan,
pengembangan berfikir dan kemampuan berfikir kritis, melatih kebebasan
keterampilan dan kebiasaan.
6. Ditujukan kepada peserta didik untuk mampu
memahami hal yang bersifat konkret, realistis dalam kehidupan sosial.
Wiriaatmadja (Gunawan,2014:110)
menjelaskan bahwa agar pembelajaran IPS tidak membosankan, maka dalam proses
belajar mengajar harus melakukan banyak kegiatan aktif, seperti:
1. Belajar mengajar aktif harus dengan
berfikir reflektif dan pengambilan keputusan selama kegiatan berlangsung.
2. Melalui proses belajar aktif, siswa lebih
mudah mengembangkan dan memahami pengetahuan baru mereka.
3. Proses belajar mengajar aktif membangun
kebermaknaaan pembelajaran yang diperlukan agar peserta didik dapat
mengembangkan pemahaman sosialnya.
4. Peranan guru secara bertahap bergeser dari
berbagai sumber pengetahuan atau model kepada peranan yang tidak menonjol untuk
mendorong siswa agar mandiri dan disiplin.
Dengan memperhatikan
langkah-langkah tersebut disertai dengan kreativitas guru, diharapkan
pembelajaran IPS menjadi menarik dan tidak membosankan.
METODOLOGI
PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan
pendektan kualitatif. Menurut Bogdan dan Tailor (Tohirin, 2013:2) “penelitian
kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati”. Penelitian dengan pendekatan ini bersifat deskriptif dan menggunakan
analisis dengan pendekatan induktif berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan, dan
disusun dalam bentuk narasi yang bersifat kreatif dan mendalam serta menunjukan
ciri-ciri alamiahnya.
Jenis penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK), karena tindakan
yang akan dilakukan diterapkan pada pembelajaran dalam kelas. Menurut Suyanto
(Muslich, 2012:9) “PTK adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif
dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan/atau
meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara profesional,”
Tindakan penelitian ini menggunakan
model yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart yang dirancang dalam empat
tahap. Keempat tahap tersebut adalah (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3)
pengamatan, dan (4) refleksi.
Penelitian tindakan kelas ini
dilaksanakan di SDN Bincau Muara. SDN Bincau Muara berlokasi di Propinsi
Kalimantan Selatan Kabupaten Banjar dengan alamat JL. Melati RT.02 No. 41.
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran
2015/2016 pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dengan materi Persiapan
Kemerdekaan Indonesia. Dengan jumlah siswa ada 23 orang siswa yang terdiri dari
16 orang laki – laki dan 7 orang perempuan.
Alasan peneliti memilih SDN Bincau
Muara sebagai tempat melakukan penelitian, karena berdasarkan data yang
didapatkan dari guru menunjukan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam
mempelajari mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yaitu pada materi Persiapan
Kemerdekaan Indonesia, karena dilihat dari data pada tahun ajaran 2014/2015,
dari hasil ulangan siswa terdapat 8 siswa (50%) yang mendapat nilai di bawah
KKM, dan 8 siswa (50%) yang berada diatas KKM yang telah ditentukan, yaitu 70
dengan nilai terendah 51 dan nilai tertinggi 90
Alasan dipilihnya kelas V dalam
penelitian ini karena ada beberapa masalah, yaitu kurangnnya keterlibatan siswa
secara langsung dalam pembelajaran IPS terutama materi tentang sejarah,
sehingga membuat siswa hanya bergantung pada guru sebagai sumber informasi,
sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Pada akhirnya siswa tidak
dapat mengembangkan kemampuan berfikir tingkat tinggi dalam mempelajari sebuah
materi. Sedangkan faktor yang diteliti dalam penelitian ini berupa hasil
observasi aktivitas guru, aktivitas siswa serta hasil belajar siswa.
Penelitian tindakan kelas ini
dilaksanakan dalam dua siklus dan setiap siklus terdapat dua kali pertemuan.
Kegiatan dalam perencanaan tindakan ini adalah:
1. Menyusun jadwal kegiatan pembelajaran yang
akan dilaksanakan.
2. Mempersiapkan RPP yang akan digunakan
sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model Mind Mapping dan Concept Sentence pada materi
tentang Persiapan Kemerdekaan Indonesia.
3. Mempersiapkan alat bantu yang akan
dipergunakan dalam pembelajaran.
4. Menyusun lembar kerja kelompok dan lembar
evaluasi yang untuk menguji kemampuan siswa yang berhubungan dengan materi
pelajaran, yaitu tentang Persiapan Kemerdekaan Indonesia.
5. Membuat atau menyusun format hasil
belajar, aktivitas siswa dan aktivitas guru.
Sesuai dengan RPP yang sudah
disusun, langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan oleh peneliti mengacu
pada langkah-langkah gabungan model model Mind
Mapping dan Concept Sentence pada
materi tentang Persiapan Kemerdekaan
Indonesia. Data yang diperoleh dari hasil pengamatan (bukti empires) pada
kegiatan siklus 1 dianalisis dan disimpulkan guna melihat kelemahan dan
kemajuan dari tindakan siklus 1. Hasil refleksi ini dijadikan dasar untuk
menyusun perencanaan tindakan pada siklus II.
Hasil pada tahap observasi
dianalisis, dalam tahap ini guru dapat merefleksikan apakah efek dari tindakan yang
telah dilakukan, apakah pembelajaran dapat meningkatkan aktivitas dan
hasil belajar siswa, guru juga dapat mencari apa saja kendala yang dihadapi
dalam pelaksanaan tindakan. Penelitian tindakan kelas akan dilakukan pada
siklus II jika belum memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditetapkan.
Seorang siswa dikatakan telah
mencapai ketuntasan individual jika siswa tersebut telah menguasai materi
tentang Persiapan Kemerdekaan Indonesia dengan nilai akhir ≥ 70. Suatu kelas
dikatakan telah mencapai ketuntasan klasikal jika ≥80% dari seluruh siswa
mencapai nilai ≥ 70.
HASIL
Penelitian tindakan kelas pada
siklus 1 masih belum mencapai indikator keberhasilan pada aspek aktivitas guru
dan aktivitas siwa. Skor aktivitas guru pada siklus 1 pertemuan 2 hanya
mencapai skor 30 yang berada pada kriteria baik, untuk memenuhi indikator
keberhasilan guru harus memperoleh skor 32-40 yang berada pada kriteria sangat
baik. Sedangkan aktivitas juga belum mencapai indkator keberhasilan karena pada
siklus 1 pertemuan 2 hanya memperoleh nilai 82,8% yang berada pada kriteria
aktif, untuk mencapai indikator keberhasilan, aktivitas siswa harus mencapai
nilai 84-100 yang berada pada kriteria sangat aktif. sedangkan pada hasil
belajar sudah mencapai indikator yang telah ditentukan yaitu pada siklus 1
pertemuan 2, sebanyak 83% dari seluruh siswa memperoleh nilai ≥70. Dengan
demikian maka peneliti akan meneruskan penelitian tindakan kelas ke siklus II
untuk memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditentukan.
Sedangkan penelitian tindakan kelas
pada siklus II pertemuan 2 dinyatakan berhasil mencapai indikator keberhasilan
yang telah ditetapkan baik pada aktivitas guru, aktivitas siswa dan hasil
belajar siswa, sehingga hipotesis yang berbunyi “Jika pembelajaran tentang
Persiapan Kemerdekaan Indonesia dilaksanakan dengan menggunakan model Mind Mapping dikombinasikan dengan Concept Sentence maka hasil belajar
siswa kelas V SDN Bincau Muara Kabupaten Banjar dapat meningkat” diterima.
PEMBAHASAN
Penelitian tindakan kelas menggunakan model
pembelajaran Mind Mapping
dikombinasikan dengan Concept Sentence pada
siswa kelas V SDN Bincau Muara Kabupaten Banjar pada materi Persiapan
Kemerdekaan Indonesia dilaksanakan
selama dua siklus, setiap siklus terdiri
dari dua kali pertemuan. Berdasarkan data yang diperoleh, ada peningkatan
kualitas tindakan dari pertemuan pertama sampai pertemuan kedua tiap
siklusnya dari aktivitas guru, aktivitas
siswa dan hasil belajar siswa.
Aktivitas Guru
Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru pada
pembelajaran dikelas, aktivitas guru pada siklus I sampai siklus II mengalami
perbaikan, pada siklus I setiap pertemuan dilakukan berdasarkan rencana
pembelajaran yang telah dibuat oleh peneliti. Dalam perencanaan ini peneliti
telah mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan dan harus dilakukan supaya
indikator keberhasilan aktivitas guru dapat tercapai. Pada siklus I pertemuan 1
aktivitas guru berada pada kriteria baik. Sedangkan pada siklus I pertemuan 2
aktivitas guru masih berada pada kriteria baik walaupun sudah dilaksanakan
sesuai refleksi pertemuan 1, namun skor yang diperoleh guru telah mengalami
peningkatan dibandingkan pertemuan sebelumnya.
Pada siklus II setiap pertemuan telah dilaksanakan
sesuai rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat oleh peneliti serta
skenario kegiatan yang telah disesuaikan berdasarkan refleksi pada siklus I
pertemuan 1 dan 2. Pada siklus II pertemuan 1 dan 2 aktivitas guru berada pada
kriteria sangat baik dan telah mencapai indikator keberhasilan yang telah
ditetapkan.
Langkah-langkah yang ditempuh pada siklus II ini
sesuai dengan pendapat Suriansyah dkk (2015:21) yang mengemukakan bahwa guru
sebagai pemegang utama pada proses belajar mengajar. Hal ini diperjelas oleh
pendapat Sanjaya (Susanto, 2014:13) yang mengatakan bahwa kualitas pengajaran
di sekolah sangat ditentukan oleh guru, karena guru merupakan komponen yang
sangat menentukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran.
Sanjaya (2013:23) juga mengemukakan bahwa guru
berperan dalam memberikan pelayanan demi memudahkan siswa dalam kegiatan proses
pembelajaran. Hal tersebut senada dengan pendapat pendapat Suriansyah dkk
(2014:7) yang mengatakan bahwa guru berperan dalam mendorong peserta didik
untuk bekerja keras demi mencapai prestasi yang setinggi-tingginya.
Davis (Surianyah, 2015:41) juga mengemukakan bahwa
guru yang berkualitas adalah guru yang mampu memecahkan permasalahan secara
mandiri. Oleh sebab itu, peningkatan yang terjadi dikarenakan guru berupaya
memperbaiki kesalahan ataupun kekurangan yang terjadi disetiap pertemuannya.
Hai ini sesuai dengan PP No.19/2005 pasal 19 tentang Standar Nasional
Pendidikan (Gunawan, 2013:168) yang menyebutkan bahwa proses pembelajaran pada
satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif. Untuk itu guru
perlu menguasai dan dapat menerapkan berbagai strategi pembelajaran yang
meliputi pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran serta secara spesifik.
Penguasaan model pembelajaran akan mempengaruhi
keberhasilan peserta didik dalam pembelajaran. Hal di atas senada dengan
pendapat Schon (Huda, 2014:30) yang mengatakan bahwa pengajaran membutuhkan
refleksi terus-menerus atas apa yang sedang dan telah terjadi, karena refleksi
akan meningkatkan kualitas keputusan-keputusan yang diambil oleh guru.
Aktivitas Siswa
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan guru
terhadap aktivitas siswa pada pembelajaran dikelas, aktivitas siswa pada siklus
I sampai siklus II mengalami peningkatan, pada siklus I pertemuan 1 dan 2
aktivitas siswa berada pada kriteria aktif. Sedangkan pada siklus II pertemuan
1 dan 2 aktivitas siswa berada pada kriteria sangat aktif dan telah mencapai
indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Hal tersebut karena setiap
pertemuan pada tiap siklus dilaksanakan berdasarkan hasil refleksi aktivitas
siswa pada pertemuan sebelumnya.
Dalam pembelajaran kooperatif, guru menempatkan
aktivitas peserta didik sebagai subjek utama, hal ini juga sesuai dengan
pendapat Suriansyah (2014:261) yang mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif
bertujuan untuk melatih siswa untuk dapat mampu berpartisipasi aktif dan
berkomunikasi. Pendapat tersebut senada dengan Mingus (2015:154) yang
mengatakan bahwa siswa mampu bekerja efektif dalam sebuah kelompok karena
mereka mampu menerapkan sejumlah kemampuan kerja kelompok. Kemampuan tersebut
meliputi kemampuan sosial, seperti mendengar, berbagi, dan mendukung aktif. Hal
tersebut juga dikarenakan perserta didik mempunyai perasaan ingin mengembangkan
diri secara terus menerus. Suriansyah dkk (2014:7)
Peningkatan aktivitas siswa juga terjadi karena guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran. Hal
ini sesuai dengan pendapat Munir (Suriansyah, 2014:218) yang mengatakan bahwa
pengajar berperan memberi kemudahan agar peserta didik aktif belajar. Hal ini
diperjelas oleh pendapat Susanto (2014:17) yang mengatakan bahwa guru yang
kreatif dan inovatif dalam pembelajaran akan membuat siswa meniru gurunya yang
aktif dan kreatif ini.
McCombs & Miller (Gunawan, 2013:170) yang
mengatakan bahwa peningkatan aktivitas siswa dapat terjadi karena pembelajaran
yang berpusat pada siswa yang menggambarkan strategi-strategi pengajaran dimana
guru lebih memfasilitasi daripada mengajar langsung.
Hal senada juga dijelaskan oleh Suriansyah dkk
(2014:66) yang menjelaskan bahwa pembelajaran yang berhasil optimal adalah
pembelajaran yang mampu menggerakan seluruh siswa untuk terlibat aktif dalam
semua aktivitas pembelajaran dan terus
menerus sepanjang pembelajaran berlangsung.
Hasil Belajar
Berdasrkan hasil belajar yang yang diperoleh dari
nilai evaluasi tiap pertemuan pada siklus I dan siklus II telah terjadi peningkatan hasil belajar yang
diperoleh siswa dalam pembelajaran IPS pada materi Persiapan Kemerdekaan
Indonesia dengan menggunakan model pembelajaran Mind Mapping dikombinasikan dengan Concept Sentence pada siswa kelas V SDN Bincau Muara Kabupaten Banjar.
Ketuntasan hasil belajar pada siklus I
sampai siklus II mengalami peningkatan. Pada awal siklus 1, hasil
belajar siswa 56% yang mengalami ketuntasan, dan menjadi 91% yang mencapai
ketuntasan pada akhir siklus II. Dengan hasil tersebut maka indikator
keberhasilan hasil belajar siswa yang telah ditetapkan. Suriansyah dkk
(2014:16) mengemukakan bahwa evaluasi bukan saja berfungsi untuk melihat
keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran, tetapi juga berfungsi sebagai
umpan balik bagi guru atas kinerjanya dalam pengelolaan pembelajaran.
Sunal (Susanto, 2014:5) juga mengatakan bahwa evaluasi
sebagai proses penggunaan informasi untuk membuat pertimbangan seberapa efektf
suatu program telah memenuhi kebutuhan siswa. Oleh sebab itu Trianto (2014:101)
mengemukakan bahwa penilaian sebagai serangkaian kegiatan untuk memperoleh,
menganalisis dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta
didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi
informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.
Susanto (2014:8) mengatakan bahwa untuk mengukur hasil
belajar siswa yang berupa pemahaman-pemahaman konsep, guru dapat melakukan
evaluasi produk, jadi melalui evaluasi produk dapat diketahui bahwa apakah dan sampai berapa jauh suatu
tujuan intruksional dapat tercapai, semua tujuan itu merupakan hasil belajar
yang seharusnya diperoleh siswa.
Sedangkan Winkel (Susanto, 2014:8) mengemukakan bahwa
hasil belajar siswa erat hubungannya dengan tujuan intruksional (pembelajaran)
yang telah dirancang guru sebelum melaksanakan proses belajar mengajar.
Peningkatan hasil belajar ini juag tidak terlepas dari
peranan guru dalam menerapkan model pembelajaran Mind Mapping dikombinasikan dengan Concept Sentence dalam proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan
pendapat Joyce dan Weil (Trianto, 2014:54) yang mengemukakan bahwa setiap model
mengarahkan kita dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik
hingga mencapai tujuan pembelajaran. Dengan adanya evaluasi, Uno (2014:98)
mengemukakan bahwa melalui evaluasi akan ditemukan kekurangan yang terdapat
pada kegiatan pembelajaran sehingga kekurangan tersebut dapat diperbaiki.
KESIMPULAN
DAN SARAN
Berdasarakan analisis data, temuan penelitian dan
pembahasan pada bab IV, dapat disimpulkan bahwa:
1. Aktivitas guru dalam pembelajaran pada
Materi Persiapan Kemerdekaan Indonesia menggunakan model Mind Mapping dikombinasikan
dengan Concept Sentence pada
siswa kelas V SDN Bincau Muara Kabupaten Banjar telah terlaksana dengan sangat
baik.
2. Aktivitas siswa dalam mempelajari materi
Persiapan Kemerdekaan Indonesia menggunakan model Mind Mapping dikombinasikan
dengan Concept Sentence pada
siswa kelas V SDN Bincau Muara Kabupaten Banjar mengalami peningkatan menjadi
sangat aktif.
3. Terjadi peningkatan hasil belajar siswa
kelas V pada materi Persiapan Kemerdekaan Indonesia dengan menggunakan model Mind Mapping dikombinasikan dengan Concept
Sentence di SDN Bincau Muara Kabupaten Banjar menjadi 91% yang mencapai KKM
Berdasarakan analisis data, temuan penelitian dan
pembahasan pada bab IV, dapat disimpulkan bahwa:
1. Aktivitas guru dalam pembelajaran pada
Materi Persiapan Kemerdekaan Indonesia menggunakan model Mind Mapping dikombinasikan
dengan Concept Sentence pada
siswa kelas V SDN Bincau Muara Kabupaten Banjar telah terlaksana dengan sangat
baik.
2. Aktivitas siswa dalam mempelajari materi
Persiapan Kemerdekaan Indonesia menggunakan model Mind Mapping dikombinasikan
dengan Concept Sentence pada
siswa kelas V SDN Bincau Muara Kabupaten Banjar mengalami peningkatan menjadi
sangat aktif.
3. Terjadi peningkatan hasil belajar siswa
kelas V pada materi Persiapan Kemerdekaan Indonesia dengan menggunakan model Mind Mapping dikombinasikan dengan Concept
Sentence di SDN Bincau Muara Kabupaten Banjar menjadi 91% yang mencapai KKM
UCAPAN
TERIMA KASIH
Penghargaan dan terima kasih
penulis sampaikan kepada Bapak Drs.H.Zulkipli, M.Pd selaku pembimbing I dan Ibu
Sulistiyana, S.Pd, M.Pd selaku pembimbing II yang
telah membantu memberikan arahan dan bimbingan dalam penulisan jurnal ini.
DAFTAR
RUJUKAN
Amelia, M. A. (2013). Meningkatkan
Hasil Belajar Sifat-sifat Bangun Ruang melalui Pendekatan Kooperatif Model Mind
mapping pada Siswa kelas V SDN Sungai Muffi 1 Banjarnasin. Skripsi tidak
diterbitkan. Banjarmasin: PGSD FKIP UNLAM.
Gunawan,
Rudy. (2013). Pendidikan IPS. Bandung: Alfabeta.
Huda, M.
(2013). Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mahillah,
S. (2013). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Keterampilan Menulis
Puisi Melalui Model Concept Sentence di Kelas V SDN Keraton 2 Martapura
Kabupaten Banjar. Skripsi tidak diterbitkan.Banjarmasin: PGSD FKIP UNLAM.
Mingus,
N. (2015). Manajemen Kelas Untuk Guru Sekolah Dasar. Jakarta:
Prenadamedia Group.
Muhibah,
S. (2013). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar PKn Materi Globalisasi melalui
Pendekatan Kooperatif Tipe Mind Mapping Siswa Kelas IV SDN Alalak Utara 1
Banjarmasin. Skripsi tidak diterbitkan. Banjarmasin: PGSD FKIP UNLAM.
Muslich,
M. (2012). Melaksanakan PTK Itu Murah. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Ratnasari,
A. E. (2013). Meningkatkan Hasil Belajar IPS Tentang Perjuangan
Mempertahankan Kemerdekaan Melalui Model Kooperatif Tipe Mind Mapping Pada
Siswa Kelas V di SDN Standar Nasional Dungai Miai 5 Banjarmasin. Skripsi
tidak diterbitkan. Banjarmasin: PGSD FKIP UNLAM.
Sanjaya,
W. (2013). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.
Shoimin,
A. (2014). 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.
Yogyakarta: AR-Ruzz Media.
Sukmawati,
D. (2013). Penerapan Model Concept Sentence Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Menulis Karangan Narasi Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 2 Cibodas Kabupaten
Bandung Barat. Skripsi tidak diterbitkan. Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia.
Suriansyah,
A. (2014). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Susanto,
A. (2014). Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
Prenada Media Group.
Tohirin.
(2013). Metode Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan dan Bimbingan
Konseling. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Trianto.
(2014). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.
Uno, H.
B. (2014). Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Yusuf,
S., & Sugandhi, N. M. (2011). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:
RajaGrafindo.
Post a Comment