Gambaran Pembelajaran Kelas Rangkap Yang Ideal Dan Praktek Yang Terjadi Di Lapangan 2
Table of Contents
Dari contoh tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran bergilir memiliki beberapa kelemahan yaitu,
a. Pemborosan waktu
Pemborosan waktu telah terjadi tanpa disadari oleh Ibu Indri. Ibu Indri melakukan pemborosan waktu ketika mengabsen murid bahkan pada saat ada murid yang tidak hadir terjadi dialog panjang dengan murid-murid lain. Belum waktu yang hilang pada saat bu Indri mondar-mandir. Bahkan pada saat bu Indri masuk di kelas 3, murid kelas 5 menungggu agak lama. Hal tersebut dapat juga mengakibatkan murid kehilangan semangat untuk belajar.
b. Pembelajaran berlangsung seragam
Pembelajaran berlangsung dengan metode yang sama (seragam) dalam waktu yang sama dan untuk semua murid, proses pembelajaran pun berlangsung sederhana, mulai dari menerangkan, memberi soal, mengerjakan soal, menyuruh murid maju ke papan tulis. Pembelajaran seperti ini terkesan monoton. Meskipun murid-murid ditugaskan untuk mengerajakan soal secara individual dan beberapa murid disuruh mengerjakan di papan tulis, tetapi pembelajaran yang dilakukan oleh bu Indri ini masih jauh dari prinsip-prinsip belajar aktif.
c. Kontak psikologis antara guru dengan murid sangat terbatas
Guru memang menanyakan kepada murid: “Siapa yang belum mengerti?”, “Siapa yang betul?”. Tetapi pertanyaan seperti itu tidak dapat mendorong siswa untuk aktif, apalagi hampir tidak dijumpai interaksi aktif dan langsung diantara sesama murid. Pertanyaan yang diajukan secara umum tersebut, juga tidak berguna untuk mengetahui kesulitan siswa secara perorangan. Lebih-lebih tidak ada upaya bu Indri untuk mengelilingi kelas dan mendatangi murid yang sedang mengerjakan soal.
Pemanfaatan Sumber Belajar Belum Maksimal Dan Supervisi Guru Terhadap Belajar Murid Masih Kurang
Guru merupakan sumber belajar yang utama, yaitu dengan segala kemampuan, wawasan keilmuan, keterampilan dan pengetahuan yang luas, maka segala informasi pembelajaran dapat diperoleh dari guru tersebut. Sumber belajar pada dasarnya banyak sekali baik yang terdapat di lingkungan kelas, sekolah, sekitar sekolah bahkan di masyarakat, keluarga, di pasar, kota, desa, hutan dan sebagainya. Yang perlu dipahami dalam hal ini adalah masalah pemanfaatannya yang akan tergantung kepada kreativitas dan budaya mengajar guru atau pendidikan itu sendiri.
Supervisi merupakan kegiatan pembinaan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu mengajar dan belajar dengan bantuan yang diberikan oleh guru. Supervisi yang dimaksud adalah kemampuan guru untuk mencari inspirasi atau ide-ide agar ia dapat menghasilkan sesuatu yang terbaik bagi anak didiknya.
Dapat dibayangkan jika pemanfaatan sumber belajar belum maksimal dan supervisi guru terhadap belajar murid juga dalam kondisi kurang, maka murid mengalami kesulitan dalam proses belajar mengajar selain itu dapat dipastikan kemampuan murid dalam klasifikasi yang rendah. Berikut contoh praktik pelaksanaan pembelajaran dimana pemanfaatan sumber belajar belum maksimal dan supervisi guru terhadap belajar murid juga masih kurang.
Bapak Suruan hari itu memulai pengajarannya di kelas 4. Setelah mengucapkan salam dan mengarahkan murid, kemudian pak Suruan menyuruh murid-murid mengeluarkan buku catatan. Jam pertama adalah pelajaran IPS. Pak Suruan kemudian menyalin salah satu bahan pelajaran IPS dan sementara menulis di papan tulis pak Suruan mengingatkan supaya anak-anak juga mulai menyalin.
Kurang lebih lima belas menit, pak Suruan telah selesai menyalin kemudian mengingatkan anak-anak untuk menyalin dengan rapi dan berpesan jangan ramai karena bapak akan mengajar juga di kelas 5.
Selanjutnya pak Suruan masuk ke kelas 5 dan memberikan pelajaran IPA, tentu saja waktu untuk kelas 5 sudah terulur selama kurang lebih lima belas menit. Kemudian pak Suruan menyuruh murid-murid mengeluarkan buku catatan dan disuruh menyalin bahan pelajaran IPA yang sedang ditulis pak Suruan di papan tulis sampai selesai.
Post a Comment